#1 Wife for My Husband

WFMH-YOONWON1

Wife for My Husband [ 남편을위한 아내]

kkezzgw art&storyline

Cast:  SJ’s Siwon, SNSD’s Yoona

Other Cast: SNSD’s Tiffany, SJ’s Kibum [Choi Kibum]

Genre:  Marriage Life, Family, Sad, Romance, Hurt, Drama

Rated: +15

Length: Chapter

Facebook Twitter: ELF SONE YOONWONITED Blog: keziagw 

Disclaimer: FF ini hanya WFMH versi pembaruan bahasa yang sebelumnya ada di YWK. FF ini merupakan FF original yang ada dalam pemikiran saya sendiri dan terinspirasi dari beberapa K-Drama lama yaitu Temptation of Wife, I Miss You, dan Princess Hours.

 Mohon maaf untuk kesamaan cerita, alur, karakter, adegan, nama, maupun typo.

‘Disclaimer of ‘Wife For My Husband’

.

.

“The best thing and the most rewarding blessing in the world for a woman is being a good wife and mother for her children. But why I can’t? Why I can’t be a perfect woman like others?”

——————————————————-

AUTHOR POV

Seoul, South Korea

20 November 2014, 18:45 KST

 

Lorong rumah sakit itu terasa mencekam, pencahayaan yang sedikit redup membuat suasana hati sebuah keluarga yang menunggu disana semakin terpuruk, terutama seorang pria yang berusaha dengan keras untuk menahan tangisnya saat menatap nanar pintu UGD yang masih belum menunjukkan tanda – tanda akan terbuka, ia benar – benar cemas dan kalut, sesekali tangannya memijat pelipisnya sendiri, berusaha menghalau segala memori yang membuatnya pantas disebut suami tak bertanggung jawab.

CKLEK~

Pria itu segera berdiri menghampiri dokter dan beberapa perawat yang keluar dari dalam UGD setelah hampir 2 jam penuh berkutat di dalam membuat perasaan mereka semakin tak karuan, “Dokter, bagaimana keadaan istri dan bayi saya?” pria itu mulai menyuarakan suaranya yang tercekat dengan tatapan gelisah pada seorang dokter dihadapannya.

Batu seakan menghantam ulu hatinya saat ia melihat dokter itu menggeleng sambil mendesah meminta maaf, “Mianhamnida, kami berhasil menyelamatkan ibunya, namun janin yang ada dalam kandungannya…gugur” kata dokter itu pelan.

Pria itu menatap shock kearah dokter yang terlihat menyesal sekarang, pandangan pria itu kosong namun air mata mulai keluar dari pelupuk matanya, “Kenapa….kenapa hal ini bisa terjadi?” ujarnya lirih nyaris seperti bisikkan.

Dokter itu ingin mengatakan hal lain walau ia terlihat ragu begitu melihat kondisi keluarga pasiennya terlihat kacau, “Tuan, sebenarnya ada satu hal lagi yang belum saya katakan..” kata dokter itu, ragu.

“Ada apa lagi, Dok?” tanyanya parau.

“Benturan yang terjadi pada istri tuan sangat keras dan tepat mengenai rahimnya, sehingga membuat rahimnya rusak total. Dan setelah mengalami pemeriksaan, istri tuan kini dinyatakan mandul” kata dokter itu lagi.

Andwae….ANDWAE!” teriak namja itu keras sambil menangis.

“Tabahkan hatimu tuan, pasti semua akan ada jalan keluarnya..” kata dokter itu berusaha menenangkan namja yang sekarang sudah menangis deras. “Bagaimana caranya aku memberitahunya tentang ini, dok?” kata namja itu parau, yang diketahui bernama Choi Siwon.

**

“Masuklah, dia sudah sadar sejak tadi dan terus mencarimu” kata Choi Taeyeon pada Siwon yang hanya diam mematung di depan pintu begitu ia keluar dari ruangan adik iparnya.

“Bagaimana caranya aku memberitahunya, noona?” tanya Siwon pada sang kakak yang hanya menatapnya prihatin.

“Ini memang berat, tapi kau harus tetap memberitahunya, bagaimana pun dia harus tahu tentang ini. Ini menyangkut masa depannya, masa depan kalian” kata Taeyeon dengan bijak.

Park Jung Su, suami Taeyeon merangkul bahu Siwon memberi semangat, “Siwon, kau harus tabah…”

Siwon hanya mengangguk sambil tersenyum kecut lalu segera membuka pintu kamar istrinya. Terlihat sang istri sedang membaca majalah tentang ibu hamil yang sengaja dia pinjam pada suster di rumah sakit itu.  Melihat kejadian itu, tubuh Siwon terasa lemah, ia tidak bisa merasakan tulangnya yang menyangga seluruh daging ditubuhnya lagi, karena ia hanya ingin menangis saat ini.

Setiap langkah Siwon mengandung keraguan yang begitu kentara saat ia berusaha mendekati istrinya yang masih konsentrasi dengan majalah dengan senyum sumringah.

Oppa, darimana saja kau? Aku sudah menunggumu sejak lama…” katanya yang terlihat begitu polos dan lemah dengan wajah pucat serta beberapa luka di sekitar lengan dan keningnya.

“Tiffany-ah, aku ingin bicara denganmu..” kata Siwon yang masih menahan desakkan air mata yang sudah siap membanjiri matanya. Melihat gelagat suaminya yang aneh, Tiffany mengerutkan dahinya tanda tak mengerti seraya menutup majalahnya, “Waeyo?” tanyanya bingung.

“Sebenarnya…kau…” kata Siwon telihat ragu.

.

.

ANDWAE! ANDWAE! Itu tidak mungkin terjadi, oppa! Kau pasti berbohong, kan? ANDWAE!”

Tiffany Hwang —istri Siwon—langsung histeris begitu mendengar kabar memilukkan yang disampaikan Siwon padanya. Wajahnya yang pucat kini semakin pucat bak kertas putih, kondisinya semakin kacau karena ia terus berteriak tanpa mempedulikan kesehatannya yang sedang menurun pasca kecelakaan.

Kini Siwon tak bisa menahan tangisnya lebih lama lagi, ia berjalan mendekati istrnya dan tanpa berpikir dua kali segera memeluknya erat, “Chagi, kau harus tenang…”

“A—aku sudah tidak berguna lagi, yeobo. Aku mandul, AKU MANDUL!” wanita itu terus berteriak – teriak histeris, masih belum bisa menerima takdir kejam yang baru saja menimpa mereka.

**

FLASHBACK

“Nyonya Choi, kau harus menjaga kandunganmu ini dengan baik, karena kau masih hamil muda, dan janin yang ada dikandunganmu bisa terganggu jika kau terlalu lelah atau banyak pikiran” kata Dokter Kim tersenyum hangat.

Tiffany tersenyum manis dan mengangguk cepat, “Arayo, Dokter Kim, terimakasih sudah menyempatkan diri datang ke sini”

Dokter Kim tersenyum ramah sambil mengelus perut rata Tiffany dengan tatapan berbinar, “Kalian bisa memeriksakan kandungan Nyonya Choi lagi sebulan sekali, saya permisi.” katanya lalu berlalu dari kamar utama rumah kebesaran Choi Siwon.

Kebahagiaan telah menyelimuti seluruh keluarga Choi begitu mendengar kabar menggembirakan dari anak laki – laki satu-satunya dalam keluarga itu. Tiffany Hwangistri dari Choi Siwonsedang mengandung 4 minggu, mendengar berita bahagia ini, seluruh keluarga turut berbahagia dan berencana untuk merayakannya.

Kehamilan membuat dampak yang baik untuk suasana hati keduanya. Seperti sekarang ini, Tiffany sibuk bergelayut manja sambil menatap suaminya intens, “Yeobo, ayo kita jalan – jalan…”  rayu Tiffany

Siwon menggeleng, “Andwae, kau harus istirahat dirumah, sayang.”

Tiffany mencibir pelan suaminya namun masih terus memaksa Siwon menuruti keinginannya, “Jebalyo yeobo-ya~” rayunya dengan modal senyum manis yang membuat sang suami pasrah dan tak dapat berkutik. Dalam hal ini, Siwon memang selalu kalah oleh pesona istrnya.

Siwon mendesah setengah malas, “Arayo! Kau ini, selalu saja melakukan hal itu jika aku tidak mau menuruti permintaanmu, kajja..”

Tiffany melompat dari tempat tidur dengan riang, “Gomawo, Yeobo-ah…” kata Tiffany lalu mencium pipi suaminya kilat dan langsung berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap.

“Yak! Seharusnya aku duluan yang melakukannya!” protes Siwon dengan nada ketus namun wajahnya menampilkan senyum mematikan yang dapat membunuh kaum hawa hanya dengan melihatnya.

.

.

“Sepertinya anak kita akan terlihat manis jika memakai topi ini!” kata Tiffany sambil menunjukkan topi berwarna pink muda dengan bunga matahari diatasnya ke hadapan Siwon.

Suaminya hanya tertawa geli melihat tingkah istrinya, “Bahkan kita belum tahu anak kita perempuan atau laki – laki, Soo” katanya pelan.

Tiffany terdiam sebentar lalu mengangguk setuju, “Majayo, aku saja belum tahu jenis kelamin dia apa. Kalau begitu nanti kita beli topi ini setelah aku melahirkan saja!” katanya acuh lalu segera menarik lengan Siwon.

Pria itu beberapa kali tertegun, sesekali menatap diam – diam wajah istrinya yang terlihat semakin cerah dan menawan semenjak ia hamil. Apa itu memang fase hidup seorang wanita jika ia sedang mengandung benih cintanya dengan sang suami? Entahlah, namun Siwon mengakui bahwa pemandangan di hadapannya ini adalah pemandangan terindah yang pernah ia lihat.

Kedua tangan yang saling mengait serta senyum yang terukir di wajah keduanya sukses membuat beberapa muda – mudi berdecak iri, Siwon dan Tiffany benar – benar menikmati waktu kencan mereka, seakan mengingat saat mereka masih belum terikat dalam sebuah ikatan suci sambil bercakap – cakap dengan tawa gembira. Terkadang, Siwon sukses membuat perut Tiffany penuh dengan kupu – kupu yang berterbangan dan mereka terbang bersama ke awan – awan karena kata – kata puitis nan gombal yang suaminya ucapkan.

Namun tiba – tiba, Tiffany menghentikkan langkah kecilnya membuat Siwon pun ikut berhenti, “Wae chagi?” tanya Siwon bingung.

Saat kedua mata mereka, Siwon dapat membaca aura lapar dalam matanya dan sepertinya pria itu bisa menebak apa yang diinginkan sang istri, “Oppa, aku mau ice cream!” rengek Tiffany seperti anak kecil, Siwon yang gemas melihat tingkah wanita hamil ini langsung menarik hidung Tiffany yang membuat wanita itu meringis, “Yak!”

“Arasseo, aku akan membelikannya, tapi kau harus tunggu aku disini dan jangan pergi sendirian, lebih baik kau duduk di bangku halte itu, ara?” Tiffany pun mengangguk dan segera berlari menuju bangku yang Siwon maksud, Siwon tersenyum dan langsung berlari kesebrang jalan dan mengantri di kedai es krim, Tiffany tersenyum tipis melihatnya.

Tiffany yang sedang bosan menunggu tiba – tiba dikagetkan oleh suara ponsel Siwon yang berbunyi, Tiffany yang dititipkan oleh Siwon langsung mengambil ponsel itu dari sakunya dan melihat siapa yang menelpon, “Unknown Number?” gumam Tiffany bingung.

“Sepertinya aku harus memberikan telpon ini..” katanya lalu segera bangkit dan berlari menyebrangi jalan yang lumayan ramai akan kendaraan itu.

Tiba – tiba, ada sebuah motor dengan kecepatan diatas rata – rata melaju dari sisi kanan Tiffany, motor itu memiliki kecepatan yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa mengendalikan motornya untuk mengerem, Tiffany yang berlari melihat kearah kananya dan langsung membulatkan matanya sempurna, “AAAAA!!!!” teriaknya keras, dan…

BRUK~

Motor itu tepat menabrak perut rata Tiffany, hingga wanita itu terjatuh tak sadarkan diri di atas aspal, pengendara motor itu kaget dan langsung menghindari para warga yang melihat aksi itu, meninggalkan tubuh Tiffany yang tergeletak sekarat disana. Banyak orang berusaha menghentikan motor itu, tapi mereka gagal. Mereka langsung berlari kearah Tiffany dan mengelilinginya, beberapa dari mereka mulai mencari bantuan dan menghubungi ambulance.

Siwon yang baru keluar dari kedai es krim sambil mengenggam es krim vanilla milik Tiffany bingung melihat banyak orang berlari – lari mendekati segerombolan orang yang datang mengelilingi Tiffany.

Seakan alarm bahaya dalam hatinya berbunyi, tiba – tiba perasaan tidak enak menguasai pikirannya. Tanpa berpikir dua kali, Siwon langsung berlari mendekati orang – orang yang sedang mengelilingi sesuatu itu dengan perasaan cemas.

Siwon menerobos orang-orang yang ada di dekatnya, dan saat dia melihat siapa wanita yang terkapar tak berdaya di aspal, dia langsung menjatuhkan kedua es krimnya ke aspal dan menatap kalut kearah istrinya, “Tiffany-ah….TIFFANY-AH!” teriaknya kencang.

Siwon langsung berlutut dan memeluk istrinya dengan tangis yang semakin pecah, “CEPAT PANGGILKAN AMBULAN! CEPAT!” teriaknya pada semua orang disana yang membuat mereka semua sibuk mencari nomor telpon ambulan. Tak lama kemudian, datanglah ambulance yang langsung membawa tubuh berdarah Tiffany ke rumah sakit terdekat.

End of Flashback

.

.

11 December 2014, 12:30 KST

Siwon dan Tiffany meninggalkan ruang rawat yang sempat ditinggali Tiffany selama 3 minggu berturut – turut dengan langkah gontai. Terlihat lingkaran hitam disekeliling mata Tiffany membuat Siwon segera merangkul tubuh istrinya yang semakin melemah karena beban pikiran yang ditanggungnya seorang diri.

Tiffany perlahan menangis lagi, badannya bergetar, cairan bening itu kembali keluar dari mata indahnya secara perlahan tanpa dapat ia tahan, Siwon sangat sedih melihat kejadian yang terus menerus terjadi semenjak kejadian mengenaskan yang ia alami. Untuk kesekian kalinya ia menyesali keputusannya untuk menerima ajakkan Tiffany pergi keluar hari itu, namun nasi sudah menjadi bubur, sekarang tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain menyerahkan segalanya kepada Tuhan YME.

“Siwon oppa, mianhae…aku—aku benar-benar tidak berguna lagi” isak Tiffany saat mobil hitam itu mulai merangkak meninggalkan lobby rumah sakit.

Siwon mendesis tak suka lalu melirik istrinya yang masih sibuk menahan tangis, “Untuk apa minta maaf, Tiffany-ah? Ini bukan kesalahanmu, berhentilah menangis, kau membuatku merasa bersalah” kata Siwon yang masih focus menyetir.

Tiffany memejamkan matanya sambil berusaha memasukkan oksigen ke dalam apru – parunya yang terasa menyempit, “Bukankah kau bilang ingin memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan? Aku tidak akan bisa memberikan permintaanmu itu yeobo, harusnya aku yang merasa bersalah!” kata Tiffany dengan desakkan air mata yang sudah tak tertolong lagi.

“Choi Tiffany, kumohon jangan bahas tentang ini lagi, aku lebih bahagia bersamamu, tanpa dikaruniai buah hati pun, aku sudah sangat senang dan bangga bisa menjadikanmu milikku” kata Siwon masih menenangkan Tiffany.

Setelah Siwon mengatakkan itu, keduanya pun diselimuti atmosfer canggung dan kaku yang langsung membuat mereka mengunci mulut mereka rapat, Siwon yang sibuk menyetir sedangkan Tiffany sibuk menyeka air matanya sembari menatap jendela disampingnya.

“Siwon-ah, bagaimana kalau…kau mencari istri lagi?” kata Tiffany pelan namun sarat akan keseriusan.

Siwon langsung memberhentikan mobilnya lalu mendelik marah kearah Tiffany yang kini hanya memasang ekspresi datar, seolah seorang istri wajar mengatakan kalimat itu, “Apa kau bilang? Istri lagi? Apa maksudmu Tiffany Hwang?” tanya Siwon sinis, suaranyat erdengar seperti bisikkan karena menahan emosi.

“Aku hanya ingin impianmu terwujud walaupun bukan dari rahimku, oppa” lirih Tiffany sambil menatap Siwon dengan tatapan terluka.

Siwon menggeleng tegas lalu kembali melanjutkan acara menyetirnya, “Andwae, aku tak akan pernah melakukan hal itu, Tiffany Hwang. Ingat itu!” tegas Siwon pada Tiffany yang hanya bisa menunduk dan kembali menangis lagi, seakan menangis menjadi hobinya selama tiga minggu ini.

Keduanya tiba di rumah raksaksa mereka—dan keduanya bersyukur bisa tiba dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka menaiki tangga satu per satu dengan lesu, sampai mata indah Tiffany menangkap sebuah ruangan di samping kamar tidur mereka. Reflek Tiffany yang tadi sudah bisa menghentikan tangisnya, kembali menangis melihat kamar kecil dengan pintu kayu mahoni berwarna putih gading.

Kamar calon anak mereka kelak, seharusnya.

CKLEK~

Tiffany membuka knop pintu kamar itu dan terpampanglah sebuah ruangan minimalis yang sudah di desain dengan sangat indah oleh keduanya, dengan cat berwarna pink muda, ditambah hiasan – hiasan kecil yang menambah cantik ruangan itu. Melihat ini, Tiffany semakin terlarut dan terpuruk dalam kesedihan hingga akhirnya kaki jenjangnya lemas dan tubuh langsingnya terjatuh ke lantai sambil menangis histeris.

Siwon yang melihat kejadian itu langsung berlari kearah Tiffany, “Chagi, jangan siksa dirimu seperti ini terus, sikapmu ini juga membuatku tersiksa” kata Siwon hampir menangis, nyaris frustasi.

Tiffany terus menangis tanpa henti sejak tadi pagi membuat asupan energi maupun oksigen menipis setiap detiknya. Tubuh Tiffany semakin lama semakin lemah dan akhirnya ia pun pingsan dalam pelukkan suaminya.

**

18 December 2014, 14:15 KST

Dapur sebuah restoran dengan papan nama Gakjung Restaurant kini terdengar bising saat suara cempreng seorang ahjumma menggema diseluruh penjuru dapur, sedangkan gadis yang menyebabkan hal itu hanya menundukkan kepalanya takut, “Yak Im Yoona! Sebenarnya apa tujuanku menggajimu selama ini, heuh?” teriak ahjumma bertubuh gempal yang kini berjalan kearah seorang gadis bernama Yoona dengan tatapan garang yang membuat Yoona meringis ketakutan melihatnya.

Ahjumma pemilik restaurant membanting kertas pesanan pelanggan ke meja, “Kau ini mau membuat restoranku bangkut atau bagaimana? Meja nomor 5 memesan teh manis bukan teh garam!” geramnya sambil membawa buku menu dan meleparnya kearah Yoona.

“Coba kau lihat baik – baik buku menu itu, apa ada teh garam di dalamnya, heuh?” katanya lagi yang membuat Yoona semakin ketakutan dan merasa bersalah, “A—aniyo

“Dan meja nomor 8, mereka memesan kimchi bukan bulgogi! Kau ini tuli atau bagaimana?” tanyanya lagi dengan oktaf suara yang semakin meninggi.

Yoona benar-benar ketakutan sekarang, keringat dingin mulai bercucuran dari pori-porinya, “Jangan pecat aku…kumohon jangan”

“Aku tidak bisa mempertahankanmu lagi. Kau kupecat!” kata ahjumma itu tepat di depan muka Yoona.

Seakan petir menyambarnya di siang hari, matanya membulat sempurna dengan yang langsung kaku dan lidahnya terasa kelu untuk sekedar membalas perkataan ahjumma itu, “Ne?”

Ne, kau kupecat, Im Yoona. Aku bukan ibu peri yang selalu memaafkan kesalahan – kesalahan yang kau lakukan lebih dari sekali dalam waktu satu tahun. Terimalah, ini gaji terakhirmu.” kata ahjumma itu lalu menyerahkan amplop berwarna putih kearah Yoona dan langsung berlalu meninggalkannya, “Nyonya, tolong jangan pecat aku, bagaimana dengan appaku yang sedang sakit?” ujar Yoona dengan nada frustasi dan lelah.

Ahjumma itu menyeringai sinis, “Itu bukan urusanku, Nona Im. Lagipula, apa kau ingin bertanggung jawab jika semua pelangganku pergi dan restauranku gulung tikar karena ulahmu, heuh? Keluar sekarang atau aku panggil polisi untuk mengeluarkanmu!” katanya ketus dan membiarkan Yoona terdiam di tempat dengan nyawa yang sudah terbang entah kemana.

Untuk kesekian kalinya, Yoona kembali menitikkan air mata perih berkat kesialan hidupnya yang tak pernah berakhir bak waktu yang terus bergulir mempermainkan kehidupan setiap insan yang bernafas, dan yang menjadi permasalahan terberatnya sekarang adalah bagaimana dengan ayahnya yang kondisi kesehatannya semakin parah?

“Tuhan, bagaimana dengan appa? Dengan cara apalagi aku harus membiayai biaya pengobatannya?”

**

11 December 2014, 14:35 KST

“Bagaimana keadaan istriku, dok?” tanya Siwon cemas melihat wajah dan bibir Tiffany pucat dan kering, terlebih wanita itu hanya duduk termenung di depan jendela setelah terjaga dari pingsannya dan setelah periksa oleh dokter.

Dokter Lee menggeleng, “Tuan Choi, tolong ingatkan istri anda agar tidak terlalu stress kondisi tubuhnya yang masih lemah pasca kecelakaan.” katanya lagi.

Siwon pun mengangguk paham dan dokter Lee segera pamit meninggalkan mereka. Siwon melirik Tiffany yang kini terus memandang jendela kamar mereka dengan tatapan kosong, dia sepertinya ingin menangis lagi. Siwon mendekati Tiffany, lalu duduk di sampingnya.

Siwon mencium kening Tiffany lembut berusaha untuk menyampaikan cintanya melalui sentuhan bibirnya, namun istrinya itu tak bergeming sama sekali, “Tiffany” gumam Siwon.

Tiffany menoleh tanpa bersuara, “Jangan menangis lagi…” gumam Siwon sedih.

Tiffany tak meresponnya, “Aku akan selalu mencintaimu, apapun yang terjadi, termasuk yang terjadi sekarang.” kata Siwon yang kembali diabaikan oleh Tiffany.

Siwon menitikkan air mata melihatnya. Sungguh, dia merindukan sosok Tiffany Hwang yang ceria, semangat, manis, dan selalu mejadi oksigennya selama bertahun – tahun, “Tiffany-ah, jangan siksa dirimu terus” kata Siwon sambil menitikkan air mata yang tepat mengenai telapak tangan Tiffany.

TOKTOKTOK~

Siwon mendapati wajah seorang ahjumma yang sudah memasuki fase kepala lima masuk kedalam kamar mereka dan menundukkan kepalanya singkat saat ia melirik pintu kamarnya melalui sudut matanya, “Tuan, Nyonya Choi datang.” katanya.

Tubuh Siwon reflek menegang mendengar siapa tamu yang berkunjung kerumah mereka, namun ia hanya bisa mengangguk mengerti dan ahjumma itu pun keluar dari kamarnya. Kini matanya kembali menatap Tiffany, “Aku akan menemui emmoni dulu..” kata Siwon lalu mencium kening Tiffany lembut dan meninggalkan ruangan mereka.

Siwon menuruni tangga dan dilihatnya sang ibunda yang kini sedang duduk di single sofa ruang taminya sambil meminum teh hijau. Aura congkak, tegas, dan ditaktor sudah terdeteksi oleh Siwon dalam radius dua meter, entah apa yang ibunya lakukan sekarang, namun ia bisa menangkap gelagat aneh wanita berumur 54 tahun itu. Ibunya bisa memikirkan dan melakukan hal diluar batas wajar seorang wanita berumur. Siwon masih memandang ragu ibunya saat wanita itu menoleh begitu menyadari kehadiran putranya, “Siwon-ah, ada yang ingin emmoni bicarakan denganmu.” katanya pada Siwon yang kini hanya sanggup menatapnya dalam diam.

.

.

“Apa yang ingin eommoni bicarakan sampai kita harus berdua seperti ini?” tanya Siwon bingung.

Nyonya Choi menarik nafas dengan berat sebelum menatap putranya dengan sorot mata tak terbantahkan, “Menikahlah lagi.” kata ibunya singkat, padat, dan jelas, namun sukses membuat Siwon seluruh urat nadi Siwon membeku, “Eommoni, apa yang sedang kau bicarakan?” tanya Siwon.

“Bukankah kau tahu, sejak dulu sampai sekarang, Eomma ingin sekali memiliki seorang cucu darimu, karena kaulah satu – satunya penerus di keluarga ini, tapi lihat sekarang? Istrimu yang bernama Tiffany Hwang itu tidak bisa mengandung lagi, bukankah Eomma sejak awal tidak merestui hubungan kalian? Lihat akibatnya karena kau tidak mematuhi perkataan orangtuamu, semuanya kacau!” kata Nyonya Choi dengan nada tinggi.

Siwon melirik sinis kearah ibunya, “Aku tidak peduli, sampai kapanpun istriku hanyalah Tiffany Hwang!”

Hajiman, Choi Siwon, dia tidak bisa memberikan keturunan untukmu, untuk keluarga kita, untuk keluarga Choi Yeonghwan! Kau sadarkan bahwa kau satu-satunya penerus keluarga ini? Taeni, keponakanmu, bermarga Park Taeni, bukan Choi Taeni!” kata Nyonya Choi dengan nada membentak.

Siwon menatap lekat mata ibunya penasaran, “Eommoni, bagaimana jika kau ada di posisi Tiffany saat ini. Apa kau sanggup membayangkan abeoji menikah lagi?” pertanyaan Siwon sanggup membuat Nyonya Choi kebingungan terbukti dari kedua pupil matanya yang bergerak gelisah tak terima.

Pria itu menyeringai tipis melihatnya, “Tidak mau, kan? Kalau begitu, sebagai sesama wanita, seharusnya eommoni mengerti posisi Tiffany dan jangan memaksaku untuk menduakannya.”

“Lalu dengan cara apalagi wanita itu bisa memberikanmu seorang keturunan? Melalui mulutnya, heuh?”

Siwon terdiam memikirkannya, “Kita bisa mengadopsi seorang anak.” katanya skeptis.

“Aku ingin darah dagingmu sendiri! Eomma tidak peduli ibunya siapa, yang penting ayahnya adalah kau!” debat Nyonya Choi, “Kau pilih, ceraikan Tiffany atau menikah lagi!” bentak Nyonya Choi yang membuat Siwon semakin membisu dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun. Saat ini hasrat Siwon untuk menghancurkan semua benda di depannya begitu tinggi.

Tanpa mereka sadari, Tiffany yang mengikuti Siwon sejak tadi kini mendengar segala perkataan untuknya yang begitu memilukan untuk kaum hawa. Dia merasa bukan lagi seorang wanita yang berguna dan ia sadar ia tidak akan pernah menjadi wanita yang sempurna. Ya, kata – kata Nyonya Choi memang benar, keluarga mereka butuh penerus dan ia sudah tahu tentang ini sejak dulu, jika Siwon tidak menikah lagi, keturunan keluarga Choi Yeonghwan akan berhenti sampai disini. Lagipula, ia sudah merasa seperti sampah yang siap dibuang oleh Siwon dan keluarganya, karena itu dia harus mencarikan calon istri yang pantas untuk Choi Siwon, hanya dia yang boleh mencarikannya.

“Choi Siwon, apa kau mendengar perkataan eomma?” kata Nyonya Choi menahan emosi saat melihat Siwon hanya diam di tempatnya seperti patung.

Pria itu kini hanya bisa mendesah pasrah dengan kekalahan yang ada di depan mata, “Sampai kapanpun aku tidak akan mau menceraikan Tiffany, tapi jika satu – satunya cara agar aku tidak menceraikannya hanya dengan menikahi wanita lain..baiklah, lakukan apapun yang eommoni inginkan.”

Mendengar jawaban itu, Nyonya Choi tersenyum penuh kemenangan, “Pilihan yang bijak, eomma akan segera mengenalkanmu pada gadis pilihanku.”

Eomma tidak perlu repot mencarikan calon istri untuk Siwon, biar aku saja.”

Sontak keduanya menoleh begitu mendengar suara seorang gadis menggema di ruangan kecil itu membuat keduanya membulatkan matanya kaget, “Tiffany-ah, apa yang kau lakukan disini? Keluarlah dan jangan dengarkan percakapan kami!”

Namun berbeda dengan Siwon yang terlihat panik melihat istrinya mendengar ini semua, Nyonya Choi justru memberikan seringai licik Tiffany seraya bangkit berdiri dari sofa, “Geurae? Baiklah jika itu memang permintaanmu, aku terima siapa pun yang akan menjadi penggantimu, asal dia bisa memberikan keturunan untuk anakku dan tidak hanya menjadi lintah darat sepertimu!” kata Nyonya Im yang sanggup menusuk dada Tiffany dengan mulut tajamnya.

EOMMONI! CUKUP!” bentak Siwon.

Nyonya Choi kaget menerima perlakuan itu dari putranya sendiri. Selama ini, semarah apapun Siwon padanya, nada suara yang dipakai putranya tak pernah lebih dari dua oktaf, “Choi Siwon? Kau berani membentak ibumu sendiri?”

“Tidakah eommoni sadar kau sudah keterlaluan pada istiku!?” tegur Siwon yang segera menghampiri Tiffany dan merangkulnya.

Nyonya Choi hanya bisa tertawa sinis melihat aksi lovey-dovey pasangan muda di depannya, “Eomma sudah bilang apa, dia memang membawa energy negative untukmu. Yak Hwang Tiffany! Sebelum kau semakin merusak hidup anakku, lebih baik cepat carikan calon penggantimu! Kau sudah merusak sifatnya, jiwanya, dan bahkan garis keturunannya? Kejamnya kau!”

EOMMONI!” bentak Siwon lagi, karena dia tahu Tiffany bisa pingsan jika terus mendengar perkataan ibunya yang tajamnya melebihi silet, terlebih kondisi tubuh Tiffany yang sedang lemah dan suasana hatinya sensitif, entah berapa banyak lagi cabang dalam pikiran Tiffany tentang masalah ini.

“Aku memberimu waktu satu minggu untuk membawa siapapun wanita itu ke hadapanku, di rumah ini. Cepat carikan calon pengantimu menjadi ibu dari cucuku atau aku yang akan mencarinya sendiri dan menendangmu pergi dari kehidupan putraku, Tiffany Hwang.” kata Nyonya Choi untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan Siwon dan Tiffany yang masih tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

**

18 December 2014, 15:21 KST

Dipecat dari tempat pekerjaan bukanlah akhir dari dunia, karena masih ada pekerjaannya yang sudah memenui jadwalnya seharian ini. Kaki jenjang Yoona menelusuri sisi jalan yang ramai akan para pejalan kaki yang lainnya, pusat – pusat perbelanjaan maupun kios – kios di sepanjang jalan mulai menyalakan penerangan mereka mengingat langit sore mulai menyapa seiring dengan salam perpisahan dari sang mentari yang membiaskan warna oranye di langit.

Yoona menghembuskan nafasnya lega melihat tempat kerjanya yang lain—sebuah pabrik sepatu lukis dengan ukuran bangunan sangat kecil—masih berdiri di tempatnya, setidaknya ia masih memiliki pekerjaan tetap di tempat ini. Gadis itu berjalan dengan langkah ringan menuju pintu masuk yang ada di dekat gudang penyimpanan sambil menenteng obat – obatan ayahnya yang baru saja ia beli dengan gaji terakhirnya di Gakjung Restaurant.

Namun ada yang aneh dari pabrik ini, biasanya ia menjumpai beberapa mobil yang biasanya digunakan untuk mendistribusikan sepatu – sepatu itu ke toko-toko diluaran sana. Sepatu ini cukup di terima oleh khalayak umum mengingat keunikan yang terpancar dari setiap sepatu buatan mereka sanggup menarik minat para konsumen. Dan kini, tempat parkir itu kosong melompong seakan tak berjejak.

Gadis itu berusaha cuek dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju posisinya di pabrik ini, yaitu sebagai salah satu pengrajinnya sendiri. Namun langkahnya terhenti dan matanya terbelalak kaget melihat lima orang karyawan terdiam termangu di tempatnya dengan wajah linglung dan bahkan ada yang membanting barang – barang yang tersisa disana seperti cat lukis, beberapa pasang sepatu berwarna putih dan hitam, celemek yang biasanya mereka kenakan, serta beberapa design sepatu yang kini tercecer acak diatas lantai. Dan anehnya ruangan ini kosong melompong, tidak seperti biasanya yang dipadatio leh barang – barang. Ada apa ini?

“Kurang ajar pria tua itu!”

Yoona melonjak dari tempatnya saat melihat Tuan Ham—pengrajin dengan tingkat keramahan yang tak tertolong—mengamuk di depan meja kerja pemilik toko ini, sedangkan 2 karyawati lain menangis dan seorang karyawan lainnya hanya terdiam di tempatnya dengan ekspresi kosong.

Gadis itu semakin tidak mengerti dengan situasi ini dan memutuskan untuk menghampiri mereka semua, “Ada apa ini?”

Hyorin—satu-satunya gadis yang seumur dengan Yoona—menoleh dengan wajah sembab seperti habis menangis, “Yoona-ah, Mr. Jisung melarikan diri.”

“Melarikan diri bagaimana?”

“Pabrik sepatu ini bangkrut karena Tuan Jisung memiliki hutang besar yang harus ia tanggung, karena itu ia menggadaikan pabrik sepatu ini dan membawa seluruh gaji kita selama 1 tahun tanpa tersisa. Ia menipu kita, Yoona-ah

Obat – obatan yang ada di genggaman Yoona terjatuh tak berdaya di atas lantai, tubuh gadis itu mendadak kaku dan pikirannya kosong, ”MWO? Ia membawa semua uang gaji kita?”

Hyorin mengangguk menyesal sambil menatap Yoona iba. Aigoo, dari mereka semua, Yoona-lah yang paling bergantung untuk pekerjaan ini mengingat gadis itu benar-benar membutuhkan uang besar untuk pengobatan ayahnya, “Mianhae, kami sudah memikirkan cara bagaimana untuk menghubungi agar tidak datang kesini, namun kami tidak tahu bagaimana caranya.”

Yoona memejamkan matanya letih. Astaga, sebenarnya apalagi ujian hidup yang ia dapati kali ini? Selama ini ia berangan – angan akan memakai uang gajinya dari pabrik ini untuk check up ayahnya mengingat Tuan Jisung menjanjikan gaji yang cukup besar walaupun dibayar per tahun dan mereka semua percaya akan hal itu. Kini mau tidak mau ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang mempercayai perkataan orang – orang di abad dua puluh satu tentang ‘uang’.

Dan ini berarti ia kehilangan mata pencahariannya dalam waktu satu hari, lalu bagaimana caranya ia bisa membiayai perobatan sang ayah yang seharusnya menghabiskan uang lebih dari 7 juta won sebulan?”

**

11 December 2014, 15:00 KST

Siwon kembali membuang nafasnya saat melihat Tiffany kembali duduk di balkon kamar mereka dengan wajah murung dan mata yang memerah, dia merindukan Tiffany yang dulu, sangat sangat merindukannya. Bahkan, Tiffany yang dulu tegar kini terlihat begitu rapuh, dia mudah sekali mnangis dan pingsan, ini semua karena kecelakaan sialan itu.

“Jangan dengarkan kata – kata emmoni, kau tahu bukan dia memang seperti itu.”

Tiffany menoleh ke belakang, memandang Siwon lekat, “Yeobo…kau ingin aku tidak seperti ini lagi, kan?” tanya Tiffany dengan suara parau.

Siwon langsung mengangguk mantap, “Tentu saja!”

Tiffany tersenyum tipis mendengarnya, “Maukah kau mengabulkan permintaanku?” tanyanya lagi.

Siwon mengangguk, “Aku akan melakukan apapun asal kau kembali seperti dulu..” kata Siwon.

“Janji?” Siwon kembali mengangguk sambil meraih jemari tangan Tiffany.

“Kalau begitu, menikahlah lagi.”

DEG.

Mulut Siwon terbuka lebar mendengar nada enteng yang diucapkan Tiffany saat mengatakan hal itu, “Kau pasti bercanda, aku tidak akan pernah melakukannya!”

“Kalau begitu, ayo kita bercerai.”

Kata – kata terakhir dari Tiffany langsung menyulut emosi Siwon yang memang masih tidak stabil pasca ibunya memaksanya untuk menikah lagi “Tiffany Hwang! Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan saat ini? Sudah kubilang jangan dengarkan perkataan ibuku!” bentak Siwon pada Tiffany yang sudah menangis.

“Ini bukan permasalahan eomma atau siapapun, aku memang sudah memikirkan ini sejak aku dinyatakan mandul. Apa oppa lupa dengan perkataanku tiga minggu yang lalu? Aku sudah menyarankanmu untuk menikah lagi dan sepertinya tanpa perlu bersusah payah ibu mertuaku sangat mendukungnya!” kata Tiffany keras sambil menangis.

“TIFFANY HWANG!”

Oppa harus dengarkan semua kalimatku agar kau memahami situasi ini! Apa kau tahu berapa tersiksanya aku setelah tahu aku mandul dan tidak akan pernah menjadi wanita sempurna? Kaum adam tidak akan tahu bahwa kebahagiaan dan kebanggaan terbesar untuk seorang wanita adalah ketika ia sanggup melahirkan seorang anak dari rahimnya sendiri, memberikan keturunan untuk suami yang ia cintai, dan mendengar seseorang memanggilnya ‘eomma’. Mungkin pria tidak akan mengerti mengapa wanita akan merasa menjadi wanita paling beruntung saat ada seseorang yang memnaggilnya dengan sebutan mulia seti gkat ‘eomma’, karena aku mengerti perasaan seorang wanita normal, saat  emmonim mengatakan itu semua aku tidak bisa berkutik dan hanya mengiyakan semuanya, karena ia ingin melihatmu bahagia, Choi Siwon. Aku sangat ingin merasakan dan melihat itu semua, namun…harapan itu kini hanya menjadi bagian dari mimpi indahku di masa lalu, mimpi yang tak akan pernah terkabul!”

“Tiffany-ah

“Aku malu pada diriku sendiri oppa! Bagaimana mungkin aku membiarkanmu tidak memiliki keturunan sama sekali? Aku tidak mau keluarga Choi terhenti sampai disini dan aku tahu betapa ibumu mendambakan anak kandungmu sendiri. Karena itu kumohon menikahlah lagi, jebalyo…kalau oppa tidak mau menikah lagi, lebih baik kita akhiri semua ini dan biarlah kita hidup masing – masing.” Tiffany berhasil menyelesaikan seluruh isi pikirannya walaupun itu berakibat fatal pada tubuh lemahnya yang langsung jatuh terduduk ke lantai menangisi takdirnya dengan lirih, “Kau terlalu kejam padaku jika kau tidak mau menikah dengan wanita lain, oppa.”

Justru aku akan merasa menjadi pria paling brengsek di Korea karena memiliki dua istri, batin Siwon menyuarakan protesnya dalam diam.

Siwon membeku di tempat, sebenarnya suratan takdir apa yang tertulis di buku kehidupannya? Astaga, haruskah dia menikah lagi? Sungguh, bayangan ia akan memiliki dua orang istri dalam satu waktu tak pernah terlintas di pikirannya barang sekalipun, namun takdir seakan mempermainkannya begitu saja dengan kenyataan ini. Tapi, jika dia tidak mau melakukan hal itu, bukankah sama saja ia menyiksa Tiffany lebih jauh lagi dan justru membuat posisi wanita itu semakin serba salah?

Siwon terus memikirkan permasalahan berat yang sukses membumi hanguskan kebahagiaannya selama ini, Siwon mendekati Tiffany yang masih menangis sambil terduduk di lantai saat ia sudah yakin dengan pilihannya, Siwon merangkul bahu kurus Tiffany lalu mendesah dengan sangat, sangat berat dan mulai menyuarakan suaranya, “Ba-baiklah, aku akan menikah lagi.” Ucap Siwon diakhiri dengan desahan berat dan panjang.

Tiffany hanya terdiam mendengarnya. Oh Tuhan, mengapa kejadian seperti ini harus menimpa rumah tangganya? Tidak bisakah ia bahagia sekali saja? Bagaimanapun ia tetap seorang wanita normal yang kini berstatus sebagai istri dari pria yang ia cintai, membayangkan ia harus merelakan suaminya kembali mengikat janji suci dengan wanita lain sungguh membuat ia harus menangisi kesialannya ini. Namun di satu sisi, bukankah dengan begitu aka nada seorang malaikat yang memanggilnya dengan sebutan mulia sekelas ‘eomma’? Lagipula ia sudah menyiapkan rencana untuk istri Choi Siwon, ia hanya harus mempercayai rencananya dan membuat Siwon tidak menyukai siapapun gadis yang akan dipilihnya nanti, “Gomawo oppa”

Siwon membalas pelukan Tiffany dengan setengah hati, seluruh tenaga maupun emosinya seakan menguap saat ia berkata akan menduakan Tiffany secara langsung, “Uljima, yeobo.” kata Siwon sambil mengelus rambut Tiffany lembut.

“Jadi, aku benar – benar harus melakukannya?” batin Siwon menyuarakan pemikirannya dalam diam sambil tersenyum miris.

Dalam pelukan hangat suaminya, Tiffany merenungkan perkataan Nyonya Im yang hanya memberinya waktu satu minggu untuk mendapatkan wanita itu. Walaupun ia sedikit ragu, namun ia yakin ia dapat menemukannya dengan taktik uang, “Baiklah, aku akan bekerja keras selama seminggu ini untuk mencari wanita itu.”

**

Manhattan, New York City, United State of America

18 December 2014, 04:30 NYT

Pria berbadan atletis itu kini berdiri dengan gagahnya sambil memandangi kota New York yang tak pernah luput dari kesibukan sekalipun jam masih menunjukkan waktu dini hari. Dengan segelas red wine yang ada di tangan kirinya serta tangan kanannya sibuk menelpon seseorang disebrang sana membuat pria itu terlihat sangat sexy, terlebih ia berdiri dengan keadaan tanpa busana sama sekali. Pemandangan yang sungguh langka untuk mata para wanita, terlebih perhiasan tubuh ala para kaum adam seperti punggung tegap, dada bidang, serta bahu gagahnya begitu pas melengkapi keelokannya sebagai seorang pria Asia yang menetap di Negeri Paman Sam.

“Kau sudah menyiapkan tiket pesawatnya, Heechul-ssi?”

Pria itu menyeringai tipis mendengar jawaban yang ia inginkan terdengar dari lawan bicaranya seraya pelan, “Good job”

Pembicaraan keduanya terhenti begitu punggung tegapnya merasakan sesuatu yang menggelitik hasrat kejantanannya untuk kembali melanjutkan aktifitas mereka yang sudah terhenti beberapa jam yang lalu. Pria itu harus berusaha keras menahan desakan agirahnya begitu merasakan sang wanita dengan agresif menggesek dua orang intimnya ke tubuh pria ini, “Apa kau benar – benar akan pulang besok?” ucapnya dengan nada manja yang begitu menggoda.

Pria itu hanya bisa mengangguk dengan konsentrasi yang mulai hilang, “Tentu saja, kau tahu aku sangat merindukannya.”

Wanita itu hanya sanggup menunjukkan senyum mirisnya begitu ia kembali mendengar pria yang ia cintai kembali menunjukkan cintanya yang begitu mendalam pada gadis antah berantah yang ada di negeri asal mereka sekarang, “Itu artinya aku akan berpisah denganmu karena gadis itu. Menyedihkan sekali.”

Gairah pria itu sudah tak terbendung saat bibir ranum wanitanya sudah menciumi tengkuknya. Pria itu langsung membalikkan tubuhnya dan dengan gerakan cepat wanita itu sudah berada diatas ranjang kamarnya tanpa terbalut sehelai benang pun. Gadis itu menggeliat senang dan sibuk melenguh dan merintih begitu prianya kembali mencumbui tubuhnya dengan membabi buta “Tapi kita bisa menutup perpisahan sementara kita ini dengan melakukan hal menyenangkan seperti yang sedang kita lakukan sekarang”

“Ahh~” keduanya merasakan desakan yang memabukkan saat keduanya saling berbagi kehangatan di dalam tubuh sang wanita. Kedua bibir itu kembali bertemu, mereka bercumbu karena sudah tidak ada hari esok untuk melakukannya, bahkan mereka seolah dibutakan oleh lautan cinta yang membuat mereka lupa akan daratan sampai matahari mulai menyapa bumi Amerika.

**

18 December 2014, 16:30 KST

Keindahan sore hari yang biasanya dinikmati Yoona sepanjang setapak jalan menuju rumahnya bahkan tidak sanggup mengalihkan perhatiannya dari keterpurukannya. Yoona berjalan dengan lesu sambil menendang apapun yang ada di sekitar kakinya. Keinginan untuk melenyapkan bumi beserta isinya sempat terlintas di pikirannya mengingat kesialan kembali menghantuinya seperti sebuah bayangan. Mengapa masalah yang ada di depannya tak pernah berhenti seperti roda yang berputar? Dan sialnya, ia tidak pernah merasakan roda kehidupannya mencapai titik teratas, ia selalu berada di bawah dengan segala kesialan yang menyiksanya.

Resmi menjadi pengangguran, kaus robek terkena besi, sepatu kotor terkena cipratan air dari mobil – mobil mahal yang melintasi jalan, bahkan wajahnya pun kotor karena tak sengaja tertimpuk bola kaki berlumpur oleh anak – anak nakal di sekitar rumahnya.

“Dewi fortuna benar – benar sedang tidur hari ini!” gerutu Yoona sambil berjalan menuju rumahnya, atau lebih tepatnya rumah kontrakannya. Ia hanya berharap bisa beristirahat dengan tenang di dalam rumahnya sembari membersihkan dirinya yang terlihat begitu mengenaskan dilihat dari sisi manapun.

“Keluar dari rumahku, sekarang!”

Yoona mengenali suara itu, bahkan sangat hafal dengan suara cempreng dan menggelegar ala Nyonya Song berasal dari dalam rumahnya. Mengapa tiba – tiba perasaan buruk menghinggapinya Tapi tunggu, Nyonya Song? Tanggal berapa hari ini sampai orang itu…astaga!

OMO!” pekik Yoona dengan wajah pucat pasi, “Bukankah hari ini deadline untuk membayar tunggakan uang sewa rumah? Aish jinjja, uang itu baru saja kubelanjakan untuk obat dan makan malam kami, eottokhae?”

Yoona lalu segera berlari masuk kedalam kontrakannya. Sungguh, gadis itu terlalu banyak memikirkan masalahnya sehingga lupa tentang kondisi kantungnya untuk membayar tempat tinggal hingga ia benar – benar lupa jika hari ini ia harus membayar tunggakan uang kontrak rumahnya itu. Baiklah, bahkan sepertinya kesialan yang ia terima hari ini tidak mengizinkannya barang sekedar untuk mencuci muka dengan air bersir.

Mata Yoona membulat sempurna saat melihat semua barang – barangnya sudah dilempar keluar dan berserakan acak di depan teras. Namun kemarahannya langsung meluap begitu ia melihat sang ayah—dengan kondisi setengah stroke—diseret keluar dengan kasar dan tidak sopan, “LEPASKAN AYAHKU!” teriak Yoona langsung berlari kearah Tuan Im yang terdiam tak berdaya.

Ketukan sepatu heels yang menggema membuat Yoona langsung menoleh dan mendapati sosok wanita bertubuh gempal yang begitu ia kenali, Song Ahjumma. Wanita itu memandang marah dan sinis kearah keduanya sambil melipat tangannya di depan dada, di belakangnya ada empat bodyguard bertubuh kekar melindungi sang majikan dengan begitu protektif.

Tak ada pilihan lain. Yoona langsung bersujud tepat di kaki Nyonya Song dengan tatapan penuh permintaan maaf dan memohon pengertian, “Song ahjumma, jebalyo, tolong berikan kami kesempatan sekali lagi, aku akan segera membayar uang sewa ini.” lirih Yoona memohon belas kasih.

Namun, Nyonya Song mengibaskan tangannya tak peduli, “Tidak bisa, Nona Im. Kalian sudah 7 bulan menunggak, apa – apaan ini? Kalian kira ini panti asuhan? Aku sudah cukup baik memberikan kalian keringanan selama ini mengingat kondisi ayahmu. Tapi aku butuh uang dan aku tidak mau menghambat sirkulasi uangku jika terus menampung kalian! Sekarang, angkat kaki dari rumahku dan bawa semua barang ini!” usir ahjumma itu.

Ahjumma, tolong mengerti kondisi kami, ayahku sedang sakit…tolonglah kami!”

“Tidak bisa! Pergi kalian, pergi! Cepat usir mereka!” titah Nyonya Song pada bodyguardnya yang langsung mematuhi perintahnya.

Tanpa memerlukan waktu yang lama, ayah dan anak itu sudah berada di luar rumah dengan keadaan kacau, “Ahjumma, kumohon bantu kami” pinta Yoona sekali lagi.

Dengan cepat ahjumma itu menutup pintu rumahnya, seakan menandakan bahwa ia tidak akan pernah memberikan mereka toleransi lagi. Im Yoona menghembuskan nafasnya kasar dan tanpa sadar mulai menangis, “Appa, mianhaeyo. Aku..benar – benar tidak berguna, maafkan aku”

Tuan Im menggelengkan kepalanya tegas lalu mengelus pipi Yoona sayang, “Seharusnya appa yang mengatakan itu padamu. Lebih baik, kita cari tempat tinggal baru sekarang”

Yoona mengangguk cepat lalu berdiri, berusaha membawa beberapa barang yang bisa ia bawa sambil membopong tubuh lemah ayahnya, “Uhuk..uhuk…uhuk..”

Appa, waegurae? Gwenchana?” tanya Yoona khawatir melihat ayahnya mulai mengeluarkan gejala – gejalanya kembali.

“Uhuk…gwaen-chana…uhuk…uhuk…kajja..”

Yoona pun kembali memapah ayahnya. Peluh mulai membanjiri sekujur tubuhnya begitu mereka sudah cukup jauh dari rumah mereka. Mengingat Yoona harus membawa tiga koper sekaligus serta sang ayah yang menggantungkan kakinya pada bahu Yoona membuat gadis itu harus menahan segalanya seorang diri. Meskipun ia lelah, namun ia tidak mungkin membiarkan ayahnya yang membawa ini semua. Satu – satunya keluarga yang tersisa hanyalah ayahnya, karena itu ia harus menjaganya dengan baik.

Yoona memutuskan untuk beristirahat di sebuah taman yang ada di pusat kota. Mengingat sekarang angin sore mulai menyapa setiap insan yang ada disini, suasana damai san sejuk begitu terasa. Gadis itu tidak yakin ia sanggup berjalan lebih lama lagi dengan beban sebanyak ini dan ayahnya pun terus terbatuk tanpa henti. Sampai di bangku taman, gadis itu segera mengambilkan air dan beberapa jenis obat yang harus di konsumsi ayahnya.

“Sudah membaik?” tanya Yoona cemas.

Tuan Im mengangguk dan tersenyum lembut kearah putrinya, “Tentu saja. Terimakasih sudah merawat appa, Yoona-ah”

Gadis itu tersenyum tipis sebelum teringat suatu hal penting yang harus dipikirkan dari sekarang, “Appa, kita harus tidur di mana malam ini?” tanya Yoona bingung.

“Jika tidur disini tidak diusir oleh keamanan, lebih baik kita tidur disini.”

Yoona dan ayahnya tertawa sendiri memikirkan ide konyol Tuan Im. Astaga, tapi kondisi ini cukup serius. Mungkin baginya ini hal mudah untuk tidur disini, namun bagaimana dengan ayahnya yang tidak bisa terkena angin malam terlalu sering?

TIN TIN~

Yoona menoleh lalu menatap heran kearah sebuah mobil sport berwarna merah cabai yang secara mendadak berhenti di depannya. Gadis itu segera merapikan barang – barang bawaannya dan bersiap untuk melarikan diri, ia takut kesialan yang lain kembali menghampirinya. Bisa saja bukan yang ada di dalam mobil ini adalah seorang depkolektor?

Appa, lebih baik kita pergi sekarang.”

Baru saja keduanya berniat pergi, seorang yeoja cantik dengan mata yang indah terlihat saat kaca jendela mobil mewah itu terbuka, wanita itu terlihat cantik, baik, dan elegan walau Yoona bisa melihat rauh wajah lelah dan tertekan karena masalah yang dihadapinya, “Choigiyo agassi, boleh kita bicara sebentar?” tanya wanita itu pada Yoona.

Yoona menoleh kebelakang dan ia bersumpah tidak ada orang sama sekali. Tunggu, apa yang di maksud wanita ini dirinya, ”Naega?” tanya Yoona sambil menunjuk dirinya sendiri memastikan.

Wanita itu tertawa merdua, “Ne, tentu saja kamu nona, bisakah?” tanyanya sambil tersenyum ramah.

Yoona menaikan alisnya dan mengerutkan keningnya bingung. Mengamati wajah wanita ini selama beberapa detik dan ia memastikan bahwa dia tidak mengenal yeoja ini, bertemu pun baru sekarang, ada urusan apa dengannya? Dari aura yang ditunjukan memang wanita ini tidak menandakan ada niat jahat pada mereka, lagipula untuk apa menjahati gembel seperti mereka? Tidak ada untungnya, bukan? Terlebih melihat dandanannya dan kendaraan mewahnya, jelas wanita ini bukan wanita sembarangan.

“Sebelum itu, kita bisa mengantar ayahmu ke hotel dulu, bagaimana?” tanyanya masih dengan senyum ramahnya.

Keduanya saling melihat satu sama lain seakan menanyakan pendapat masing – masing melalui mata mereka. Wanita itu kembali tertawa lalu memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Yoona mendadak pening melihat aura konglongmerat dan keanggunan yang begitu mencolok dari dalam wanita ini, “Kajja!” katanya sekali lagi.

Dalam perjalanan menuju hotel, kesunyian menyelimuti keduanya membuat suasana canggung dan kaku tak dapat dihindari. Tentu saja hal ini terjadi mengingat mereka bahkan baru bertemu hari ini dan tiba- tiba berada di dalam mobil yang sama, bukankah itu cukup aneh? Keduanya mendesah lega dalam hati begitu mereka sampai di basement hotel bintang lima ini, “Agassi, kenapa kita ada di hotel semahal ini? Kami tidak akan sanggup membayarnya.” bingung Yoona.

“Tentu saja untuk tempat kalian menginap dan untuk biaya, tenang saja aku yang akan menanggungnya. Tunggu sebentar, aku akan mengurus ayahmu. Kau disini saja, okay.” Katanya memutuskan kehendak sendirinya.

Tuan Im hanya mengikuti wanita itu dengan hati yang gembira dan kagum akan kebaikannya. Wanita itu begitu telaten menggandengnya ke dalam lobby hotel membuat Yoona terheran – heran di tempatnya, “Sebenarnya siapa nona itu? Aku yakin aku tidak pernah berteman dengannya atau bahkan melihatnya sebelum ini.” gumam Yoona melihat wanita itu dengan ekspresi bertanya – tanya namun penasaran.

Karena terlalu sibuk merenung, Yoona sampai tidak menyadari bahwa wanita itu sudah kembali dan kini kembali duduk di tempatnya. Yoona mengerjap saat wanita asing ini mulai melajukan mobilnya membelah jalanan Seoul dengan roda empatnya. Terjadi keheningan kembali diantara mereka, wanita itu sibuk memusatkan konsentrasinya menyetir sambil sesekali melirik Yoona, sedangkan Yoona sendiri sibuk berkutat dengan ratusan pertanyaan yang bersarang di kepalanya karena kejadian ini, ia juga sesekali melirik wanita asing yang duduk di sampingnya ini.

Melihat kepolosan Yoona, wanita itu hanya dapat tersenyum samar.

.

.

Cookies and cream dan strawberry cheese cake. Kau mau pesan apa?”

Yoona terlonjak kaget dan menggaruk tengkuknya canggung. Sejujurnya ia tidak begitu mengerti dengan minuman maupun makanan disini, matanya pun mulai menelusuri daftar menu yang terpampang di dinding, “Caramel macchiato saja.” ia memutuskan untuk memilih asal apapun yang ada disana, ia hanya berharap pilihan asalnya bukan mengarah kearah jenis kopi pahit.

“Apa anda ingin menambahkan whip cream?”

Sungguh Im Yoona, kau benar – benar out of date, batinnya menyumpah serapahi diri sendiri karena ia benar – benar tidak mengerti tentang hal – hal sejenis ini mengingat harga – harga makanan dan minuman disini saja cukup untuk uang makannya selama satu minggu penuh.

“Tambahkan saja.” Ucap wanita asing itu sembari menatap Yoona geli, jelas Yoona tahu wanita ini mengerti ia tidak terlalu memahami hal – hal seperti ini.

Setelah mendapatkan pesanan mereka, wanita itu mengajak Yoona untuk bersantai di sudut café mewah ini—Yoona semakin merasa dirinya benar – benar terlalu desa jika sudah seperti ini.  Wanita itu memutuskan untuk duduk di meja yang sekelilingnya lebih sepi dari yang lainnya, terlihat sekali wanita ini membutuhkan privasi yang lebih namun hal itu justru semakin membuat Yoona bingung, “Choigi—aku tahu ini tidak sopan, aku hanya bertanya – tanya mengapa anda membawa saya kemari? Sejujurnya saya tidak mengenalmu sama sekali sesusah apapun saya berusaha mengingatnya.”

Wanita itu tersenyum geli, “Kita memang tidak saling mengenal, namun aku merasa mengenalmu dengan baik setelah memperhatikanmu selama beberapa hari ini.”

Yoona mengerutkan keningnya tak mengerti namun ekspresi itu melembut saat wanita asing ini mengulurkan tangannya ramah, “Aku Tiffany, Tiffany Hwang.” kata Tiffany hangat.

Jadi namanya Tiffany? Kenapa ia tidak mengatakannya sejak tadi, membuat orang bingung saja, batin Yoona kembali menyuarakan protesnya namun ia pun membalas jabatan tangan Tiffany dengan senyum manisnya, “Aku Yoona, Im Yoona.”

“Im Yoona…nama yang bagus. Oh iya, ini nomor ponselku.”

Yoona menggaruk tengkuknya karena ia kembali menghadapi situasi yang membuatnya bingung sekaligus malu, selalu seperti ini jika seseorang membahas soal ponsel, “Tiffany-ssi aku…tidak punya ponsel.”

Kali ini Tiffany tidak dapat menutupi kekagetannya lebih lama lagi, mulutnya termangu singkat sebelum ia dapat menetralkan kembali wajahnya. Wanita itu mulai mengamati penampilan Yoona yang masih terlalu muda untuk memasuki fase tidak-memiliki-ponsel di abad dua puluh satu ini. Di negara maju serta negara adidaya dalam urusan gadget sekelas Korea Selatan, akan menjadi suatu kelangkaan untuk menemukan masyarakatnya, terutama remaja dan orang dewasa, tidak memiliki gadget satupun. Dan kesimpulan dari ini semua, jelas gadis bernama Im Yoona ini benar – benar miskin sampai tidak sanggup membeli benda terpenting di zaman sekarang.

Tiffany berdeham singkat, “Gwaenchana, simpanlah siapa tahu suatu saat kau membutuhkanku.”

Yoona mengangguk pelan sebelum ia teringat akan pertanyaan utama dari semua ini, “Lalu ada apa kau membawaku kemari? Maksudku, jelas kita tidak ada urusan dalam urusan uang atau bisnis, kan?” tanya Yoona walaupun sedikit ragu.

Tiffany Hwang membuang nafasnya kasar jika sudah teringat dengan tujuannya membawa Yoona kemari, wanita itu menatap Yoona dalam sebelum jemari lentiknya mengenggam tangan Yoona yang berada di meja, “Yoona-ssi, maukah kau membantuku?” tanya Tiffany dengan nada penuh harap.

Yoona mengernyitkan dahinya aneh. Mengapa nona ini meminta tolong padanya padahal mereka baru saja secara resmi berkenalan? Dan mengapa juga orang sekaya Tiffany meminta tolong pada Yoona yang jelas tidak ada apa – apanya jika dibandingkan dengan Tiffany yang bisa melakukan apapun dengan uangnya.

Yoona yang penasaran hanya mengangguk singkat, lagipula Tiffany sudah membantunya mencari tempat bermalam hari ini, “Jika aku bisa membantu pasti akan kulakukan, apa yang bisa kubantu, Tiffany-ssi?”

Dengan jiwa, raga, nyawa, dan kenekatan yang sudah Tiffany kumpulkan sejak kemarin, wanita itu mengatus nafasnya yang mendadak memendek lalu menatap iris mata Yoona penuh permohonan, “Yoona-ssi, a—apa kau mau menikah dengan suamiku?”

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Yoona masih berusaha keras mencerna apa yang didengarnya beberapa detik yang lalu. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar, saat itu berhasil menangkap permintaan Tiffany padanya, “M—MWORAGU? MENIKAH…DENGAN SUAMIMU?”

Ada apa dengan dunia ini? Mengapa dunia ini semakin ditinggali oleh orang – orang aneh seperti nona Tiffany Hwang ini? Dari sekian juta kemungkinan permintaan Tiffany Hwang untuknya, mengapa wanita ini mengajukan permintaan yang paling tidak logis dan tidak mungkin yang pernah ia dengar? Ia sungguh tak mengerti dengan jalan pikir Tiffany. Detik berikutnya Yoona merengut sedih, mungkinkah gadis secantik ini mengalami gangguan jiwa? Sayang sekali.

Tiffany mengangguk pelan, “Ne, kau dan suamiku menikah. Apa kau mau?”

Yoona melongo tak percaya dengan apa yang ia dengar, “Tiffany-ssi, sepertinya ada kesalahan disini. Bagaimana mungkin…aku dan suamimu menikah? Bahkan aku tidak tahu siapa dan bagaimana sosok suamimu itu.” kesal Yoona.

Tiffany mengendikan bahunya cuek, “Mengapa tidak mungkin? Kau seorang wanita, memang salah kalau seorang wanita menikah dengan seoramg pria?”

Pria yang sudah beristri, lucu sekali.

“Kenapa kau sangat yakin aku akan menerima pernikahan itu?”

“Kau butuh uang, Yoona-ssi. Kumohon jangan mengelak karena aku sudah memperhatikanmu selama seminggu belakangan ini.”

Yoona merasa tersinggung dengan kalimat Tiffany, jadi wanita di depannya ini mengira ia akan melakukan apa saja demi uang? Harga dirinya seakan diremehkan oleh wanita kaya raya ini.

Mwo? Sepertinya kau salah menilaiku, Tiffany-ssi. Meskipun aku membutuhkan uang untuk bertahan hidup, namun aku tidak berminat sama sekali untuk mencari uang dengan cara yang tidak benar seperti menjajahkan tubuhku kepada siapapun, terlebih pada suami orang lain. Lagipula…bagaimana mungkin seorang istri sepertimu merelakan hal itu terjadi, dan bahkan kau yang memintanya?”

Tiffany terdiam menyadari Yoona mulai menunjukkan gelagat menolak, “Bukan begitu, kau hanya tidak mengerti mengapa aku melakukan ini semua.” Tiffany berusaha keras untuk tidak menangis lagi, terlebih mereka sekarang berada di tempat umum.

Yoona terenyuh mendengar nada frustasi Tiffany namun justru semakin penasaran dengan maksud Tiffany melakukan ini semua, “Setidaknya berikan satu alasan mengapa aku harus menjadi istri dari suamimu.”

“Karena aku tidak bisa menjadi istri yang sanggup memberikan keturunan untuk suamiku sendiri, selamanya.”

Yoona mengerjap sembari jemari tangannya meremas ujung meja karena shock dengan pengakuan tidak langsung wanita ini, “Tiffany-ssi, kau—“

Majayo, aku mandul.”

DEG.

Yoona reflek menutup mulutnya dengan telapak tangannya karena terlalu kaget mendengar pengakuan Tiffany dengan wajah paling menyedihkan yang wanita itu miliki.

Gadis itu membeku saat Tiffany kini menatapnya dengan tatapan merana yang baru pertama kali ia lihat dalam mata seorang wanita secara langsung, “Sebagai seorang wanita, aku merasa tidak berguna lagi sekarang, sebagai seorang wanita kau pasti mengerti bukan tentang hal ini? Suamiku memang mengatakan ia tidak mempermasalahkan tentang keturunan, namun aku tahu jauh dalam lubuk hatinya ia sangat sedih dan kecewa karena fakta ini, bagaimanapun ia ingin memiliki seorang anak, sama sepertiku. Jika ini berurusan dengan permintaanku padamu, aku melakukan ini semua karena ibu mertuaku yang memintaku bercerai dengannya jika aku tidak menemukan calon pengganti untukku atau calon istri suamiku akan dipilih olehnya sendiri. Aku tidak rela,  Yoona-ssi. Aku mau setidaknya wanita yang menggantikanku adalah orang yang kupilih, dan aku memilihmu.” kata Tiffany yang membuat Yoona pening.

Sebenarnya ada apa dengan hari ini? Mengapa ia ditimpa kesialan secara bertubi – tubi?

“Lalu kenapa kau memilih—“

“Perlu kau ketahui, aku sudah memperhatikanmu sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya setelah ultimatum ibu mertuaku keluar.” Ujar Tiffany parau dengan nada frustasi, “Aku tahu kita bahkan kita belum mengenal satu sama lain dengan baik, tapi entah mengapa, aku melihat sosok wanita yang kuinginkan melekat padamu. Aku tidak tahu sifatmu seperti apa, namun sekali lagi entah mengapa hanya kau yang bisa kupercaya untuk menggantikanku di posisi itu untuk sementara.”

Yoona ingin membuka mulutnya namun kembali menutupnya lagi, jujur saja ia bingung dnegan situasi ini, “Lalu setelah menikah dengan suamimu, apa yang harus kulakukan?” tanya Yoona.

“Kau harus memberikan keturunan untuknya.”

MWO!? Maksudmu kami harus—“ Yoona tak sanggup untuk melanjutkan kalimat selanjutnya karena paru – parunya terasa tercekat detik itu juga, “Bagaimana mungkin ada seorang istri yang rela mengetahui suaminya melakukannya pada wanita lain?” kata Yoona masih tak percaya.

“Aku melakukan semua ini karena aku tidak mau bercerai dengannya. Aku tahu harga diriku terlihat begitu mengenaskan pada titik ini. Tapi aku mencintainya, sangat mencintainya dan aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kami harus bercerai.”

“Lalu, jika aku membantumu, apa yang akan terjadi pada anak yang kulahirkan kelak?” tanya Yoona.

“Dia akan menjadi hak kami.”

Perkataan Tiffany membuat emosi Yoona tersulut hingga berhasil meledakannya saat ini,  “Maaf Tiffany-ssi, aku tidak akan sudi menjajakan rahimku pada dirimu dan suamimu. Carilah wanita lain untuk melakukannya, terima kasih.”

“Sekalipun aku membayarmu 300 juta won? Kurasa uang sebanyak itu sanggup membiayai pengobatan ayahmu dan bahkan kau bisa membeli sebuah rumah mewah di Gangnam.” seru Tiffany panik saat melihat Yoona berniat meninggalkannya.

Langkah kaki Yoona terhenti begitu mendengar tawaran uang yang diajukan Tiffany padanya.  300 juta won? Oh astaga, itu benar – benar tawaran yang sangat menggiurkan bagi kaum awam. Namun Yoona tersenyum kecut mendengarnya dan hanya menggeleng singkat, “Tidak, terimakasih Tiffany-ssi.” tolak Yoona dingin dan langsung pergi meninggalkan Tiffany yang menatapnya tak percaya.

Dengan emosi Yoona meninggalkan café itu. Gadis itu harus menghembuskan nafasnya berkali – kali untuk meredam emosinya, “Dia pikir aku siapa? Berani sekali berkata seperti itu.” kata Yoona emosi dan langsung berlari ke halte bus terdekat untuk sampai di hotel.

.

.

Yoona tiba di kamar hotel yang disewakan oleh Tiffany untuk membawa ayahnya pergi dari tempat ini, sangat memalukkan jika dia menolak tawaran Tiffany tapi dia masih memakai fasilitas yang diberikan wanita itu. Mungkin ia akan menginap di sauna umum untuk beberapa hari ke depan.

Appa!” sapa Yoona sembari mencari sosok ayahnya.

Appa, ini Yoona. Kau dimana?” tanya Yoona masih berkeliling mencari Tuan Im di ruangan hotel ayng cukup besar ini.

APPA!” Yoona memekik keras begitu mendapati Tuan Im tergeletak bawah sofa dengan wajah pucat pasi serta tangan yang memegang dadanya kembali. Yoona langsung berlari dan segera meraih telepon hotel yang terletak di samping tempat tidur untuk menghubungi ambulance.

.

.

“Apa selama ini agassi tidak pernah mengecheck keadaan ayah anda ke rumah sakit besar seperti sekarang?”

Dengan penuh penyesalan Yoona menggeleng dalam isakan tangisnya. Dokter itu mendesah menyesal sembari meletakan sebuah hasil scan yang kini sedang diamati Yoona dengan tatapan bingung, “Selama ini anda memberikannya obat untuk pasien pengidap gagal jantung, padahal Tuan Im divonis mengidap penyakit pneumonia atau radang paru – paru stadium akhir.”

Tubuh Yoona kini terasa lemas dan ia merasa seluruh jiwanya melayang mendengar kalimat mematikan itu. Gadis itu semakin terisak dalam penyesalannya yang berkepanjangan. Mengapa ia begitu bodoh dan tidak pernah menyadari gejala – gejala yang dialami ayahnya seperti batuk tiada henti, nyeri di dada, serta sulitnya pernafasan itu berhubungan dengan paru – paru? Ia benar – benar merasa buruk karena tidak pernah memiliki uang yang cukup untuk berobat di rumah sakit sebesar ini, alhasil ia hanya mengandalkan peralatan sederhana sebuah klinik kecil yang tentunya tidak akurat.

“Lalu bagaimana keadaannya sekarang, dokter?”

“Keadaan beliau bisa dikatakan cukup kritis mengingat beliau tidak pernah mendapatkan perawatan dan obat – obatan untuk menyembuhkan penyakitnya. Pendarahan di dalam tempurung kepalanya karena benturan tadi pun membuat kesadarannya hilang dan ia dinyatakan koma. Satu – satunya cara agar ia tetap dapat disembuhkan adalah menjalani rawat inap disini.”

“Apa aku bisa merawatnya secara pribadi? Kami tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan itu semua.”

Dokter itu sedikit tersentak kaget mendengarnya, “Astaga agassi, penyakit Tuan Im sudah sangat parah, untuk kondisi sejauh ini beliau benar – benar harus mendapatkan perawatan intensif dan steril. Untuk pasien yang sudah memasuki fase ini, Tuan Im cukup beruntung karena dapat bertahan.”

Yoona mengerang frustasi, ia bersumpah mereka tidak memiliki apapun lagi untuk membiayai pengobatan ayahnya kecuali—mendadak pikiran Yoona melayang ke kejadian tadi siang dimana Tiffany menawarkannya uang sebesar 300 juta won. Namun detik berikutnya ia kembali menggeleng tegas, “Jangan gila, Im Yoona. Hidupmu berakhir jika melakukannya.”

Bulan semakin meranjak naik ke singgasananya diatas sana dan keadaan Tuan Im justru semakin memburuk. Yoona terus menangis tanpa henti mendengar laporan dari dokter maupun suster yang merawat ayahnya, namun pikirannya tak henti untuk menerima tawaran Tiffany. 300 juta won sanggup membuat ayahnya sembuh, ia yakin itu.

Yoona masih memikirkan hal itu sampai seorang dokter mendekati Yoona dengan gelisah, “Agassi, apa bisa kita mulai perawatannya sekarang juga? Kondisi Tuan Im benar – benar lemah sekarang.”

Astaga, sekarang apa yang harus ia lakukan sekarang? Jika ia menerima tawaran Sooyung, ia tidak ada bedanya dengan para wanita malam yang rela menjual harga dirinya hanya demi setumpuk uang. Ia terlalu kalut dan bingung dalam kabut yang menghantuinya ini. Apa yang harus ia lakukan? Dua pertimbangan yang bertentangan saling beradu dalam pikirannya. Sisi lainnya menyuarakan kalimat provokatif agar ia menerima tawaran Tiffany namun sisi yang lainnya menolak dengan tegas tawaran itu.

Ia memejamkan matanya sekilas sebelum bibirnya bergerak ragu seiring dengan debaran hatinya yang tak menentu di dalam sana, “Baiklah dokter, aku akan segera melunasi semuanya dan tolong rawat ayahku sebaik mungkin.” kata Yoona linglung.

Namun perasaan lega dan hancur datang bersamaan menyelimuti relung hatinya yang terasa kosong setelah memutuskan hal itu, “Im Yoona, jangan egois, kali ini pikirkan kondisi ayahmu yang sudah merawatmu sampai sekarang. Kau harus menerima tawaran itu.” Batin Yoona menyuarakan keputusan itu dalam hati.

Gadis itu mendesah pasrah sembari menatap langit – langit koridor rumah sakit dengan perasaan tak menentu, “Baiklah, aku akan menerima tawaran itu, aku tidak perduli lagi dengan semuanya, prioritasku adalah ayahku. Astaga, aku harus segera menghubungi Tiffany!” tekad Yoona sudah bulat.

Dia langsung berlari menelusuri koridor itu mencari telepon umum di sekitar rumah sakit, gadis itu mengeluarkan kertas yang di berikan oleh Tiffany tadi siang dengan tatapan ragu namun mentalnya sudah siap.

Yoona menekan sederet nomor lalu menempelkan gagang telepon itu ke telinga kanannya dengan hati bergemuruh.

**

18 December 2014, 19:30 KST

Jika takdir sudah menuliskan bahwa ia dan Siwon akan bercerai walau sekeras apapun ia mencoba untuk menghalangi hal itu terjadi, lalu apa yang bisa manusia lemah seperti Tiffany lakukan untuk menentangnya selain menerima dan pasrah. Hari ini tepat satu minggu setelah Nyonya Choi menjatuhkan bom atom kepadanya berupa ultimatum tentang calon istri untuk anaknya, karena selama seminggu ia hanya memperhatikan Yoona, kini saat gadis itu menolak Tiffany tidak tahu harus berbuat apa selain kembali menjadi mayat hidup yang mendekam di balkon kamarnya, seperti dirinya selama sebulan ini.

Lamunan serta isak tangis Tiffany terhenti begitu ia mendengar ponselnya berbunyi menandakan seseorang berusaha menghubunginya. Wanita itu mengernyitkan keningnya bingung begitu melihat nomor telepon umum terpampang di layar, namun pikirannya yang sedang kacau membuatnya terlihat tak peduli dan memutuskan untuk mengangkatnya.

“Yeoboseyo, nugu?”

“Tiffany-ssi, ini aku…Im Yoona.”

Tiffany mengerjap mendengar nama itu, detik berikutnya ia melonjak dari tempat duduknya dengan wajah berbinar, “IM YOONA? Ada apa kau menelponku?”

“Aku..menerima tawaranmu, Tiffany-ssi.”

Tiffany tidak tahu jika empat kata yang diucapkan Yoona bisa membuatnya merasa sebahagia dan selega ini hingga ia rasanya ingin melompat dari kamarnya sekarang juga, “Jinjjayo, kau serius, bukan? Kau benar – benar menerima tawaranku?”

“Ne, tapi bisakah kita bertemu sekarang juga? Aku benar – benar memerlukan uang itu”

Tiffany melirik jam dinding di kamarnya dengan ragu dan ia bisa mendesah lega melihat jarum jam itu masih menunjukan pukul tujuh waktu setempat, “Baiklah, dimana kau sekarang?”

“Seoul International Hospital, tepatnya di daerah ruang UGD.”

Tiffany dapat membaca situasi Yoona sekarang, wanita itu hanya tersenyum samar, “Rumah sakit?”

“Ne, rumah sakit. Karena itu, bisakah kau datang sekarang juga?”

“Tentu, aku akan kesana secepatnya. Keuno.”

Tiffany tidak bisa tidak mengucapkan syukur setelah Yoona menerima tawarannya, “Terimakasih Tuhan, kau memang benar – benar memilihnya untuk menolongku!” wanita itu langsung menghapus air matanya dan mengambil kunci mobilnya yang ia lempar kearah meja riasnya.

Siwon yang baru selesai mandi bingung melihat Tiffany yang kini sudah berpakaian rapi dengan sebuah mantel berbulu yang dikenakannya. Mau kemana istrinya?

Yeobo, kau mau kemana? Ini sudah malam, sayang.”

Tiffany melirik kearah Siwon yang masih betah memandanginya dari depan pintu kamar mandi. Wanita itu mendesah pelan tanpa menatap Siwon sama sekali, “Aku sudah menemukan penggantiku, karena itu aku harus menemuinya sekarang.” kata Tiffany lalu segera berlalu dari hadapan Siwon.

Siwon melemaskan bahunya begitu ia mengerti apa yang dimaksud istrinya, jadi Tiffany benar – benar sudah menemukan istri pengganti untuknya? Entah ia harus bereaksi seperti apa, pria itu hanya melirik kalender yang tepat berada di sampingnya dengan wajah frustasi. Ternyata hari ini tepat seminggu setelah ibunya menantang Tiffany untuk membawa wanita yang akan menjadi istri keduanya.

**

“Tiffany-ssi!” sapa Yoona begitu menangkap sosok wanita yang ia kenali berjalan kearahnya, Tiffany langsung tersenyum dan menghampirinya.

“Yoona-ssi, jadi kau benar – benar menerima tawaranku?” tanya Tiffany untuk memastikan sekali lagi.

Reaksi Yoona berbeda seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya karena gadis itu kini mengangguk mantap dengan sorot mata meyakinkan. Tiffany tersenyum bahagia dan langsung memeluk Yoona haru, “Gomawoyo, Yoona-ssi. Aku tidak akan pernah melupakan jasamu ini.”

Tiffany melepaskan pelukkannya merasakan bahunya basah terkena air mata Yoona, “Yoona-ssi, waegurae?” tanya Tiffany khawatir.

Yoona berusaha keras untuk menahan desakan air matanya saat menatap Tiffany putus asa, “Ayahku sedang kristis di dalam.” isak Yoona lirih.

Tiffany terhenyak sebentar sebelum ia sepertinya tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, “Jadi kau menerima tawaranku karena ayahmu kritis?”

Yoona mengangguk seadanya, “Ne, karena itu bolehkah pembayarannya dilakukan sekarang untuk  membayar pengobatan ayahku?” tanya Yoona ragu.

Tiffany menangguk setuju, “Tentu saja bisa, aku akan membayar seluruh biaya pengobatan ayahmu namun ada sesuatu yang harus kau tanda tangani sebagai bukti dari kontrak diantara kita.”

Saat ini, yang ada dipikiran Yoona hanyalah bagaimana caranya agar ayahnya bisa mendapatkan perawatan yang layak dan tidak sembarangan seperti dulu. Karena itu Yoona hanya mengangguk mengerti sebelum matanya memperhatikan wajah Tiffany yang menebar senyum manis sembari berjalan menuju tempat pembayaran administrasi rumah sakit.

**

Kali ini Yoona bisa tersenyum dengan tenang saat mamandangi pintu kamar ruang rawat ayahnya, bagaimana tidak? Ayahnya yang biasanya hanya mendapat perawatan seadanya dengan biaya murah, sekarang benar – benar mendapatkan perawatan yang terbaik yang ada di rumah sakit ini dan menjadi salah satu pasien yang di prioritaskan karena kini ayahnya berada di salah satu kamar VVIP di rumah sakit ini. Semua ini berkat bantuan Tiffany, namun ia harus tersenyum kecut jika teringat beberapa kalimat Tiffany yang masih menghantui pikirannya.

Flashback

“Silakan baca dengan baik setiap kata yang dalam kontrak perjanjian ini lalu kau tanda tangani. Namun sesi penolakan atau pembatalan sudah dimusnahkan sejak aku mengadakan transaksi dengan rumah sakit ini untuk ayahmu.”

Yoona mematung menatap surat kontrak yang berjudul ‘Surat Perjanjian’ yang kini berada di depannya dengan tatapan ragu sekaligus bimbang. Cepat atau lambat ia memang tetap harus membubuhkan tanda tangannya pada tempat yang sudah disediakan disana, namun tetap saja ia masih tidak percaya dengan keputusannya ini. Menjual rahimnya sendiri untuk sepasang suami istri ini, Yoona yakin dirinya sudah masuk ke tahap paling menyedihkan dalam hidupnya hingga rela melakukan ini semua. Ia mulai membaca setiap kalimat yang tertulis diatas kertas putih ini, ada lima syarat yang ditegaskan dalam perjanjian ini.

  1. Melahirkan adalah hari dimana perjanjian ini berakhir dan anda harus pergi sesuai perjanjian.
  2. Merahasiakan tentang pernikahan ini dari siapapun.
  3. Merahasiakan alasan menerima kontrak ini.
  4. Tidak menggunakan perasaan selama menjadi pengganti Tiffany.
  5. Menyetujui dalam keadaan sadar bahwa anak itu kelak akan menjadi milik Tiffany dan suaminya.

Tanpa permisi rasa nyeri di hatinya muncul saat membaca persyaratan yang terakhir. Entah mengapa ia merasa seperti wanita gila harta saat membacanya, tindakannya tidak ada bedanya dengan seorang ibu yang tega menjual anaknya sendiri. Astaga, Yoona benar – benar merasa serba salah dalam situasi seperti ini. Namun ia tidak bisa mundur lagi karena Tiffany Hwang sudah membayar biaya kompensasi dalam perjanjian resmi ini?

Tiffany mendesah lega melihat Yoona mulai mengambil pena yang ia sediakan di samping map itu. Detik berikutnya, senyum terbit di wajah tirusnya melihat gerakan tangan Yoona yang membubuhi surat perjanjian itu dengan tanda tangannya. Dengan ini, mereka berdua sudah terikat dalam sebuah perjanjian resmi yang hanya diketahui oleh keduanya.

“Karena kau benar – benar sudah menerima tawaranku, besok kau akan bertemu dengan suamku beserta keluarganya. Mungkin mertuaku akan membacakan beberapa peraturan tambahan untukmu darinya, jadi bersiaplah.”

Mendadak Yoona diserang perasaan gugup yang aneh saat membayangkan ia akan bertemu dengan calon suaminya yang merupakan suami dari wanita lain. Bahkan kisah cintamu pun miris seperti kehidupanmu, Yoona-ah.

Arasseo

End of Flashback

Yoona masuk ke dalam ruangan dengan langkah gontai, dia mendekat kearah Mr. Im dan dengan cepat mengenggam tangan Mr. Im dengan erat, “Appa…”

Yoona menangis melihat takdirnya sendiri. Mengapa Tuhan begitu tidak adil untuk mereka yang bernasib buruk sepertinya? Mengapa keluarganya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang bisa dinikmati orang lain dengan mudahnya? Apa sebenarnya kesalahan yang ia lakukan selama ini?

Appa” isak Yoona, “Kau harus sembuh.” kata Yoona masih mengenggam tangan pucat ayahnya.

“Ini hanya sementara, Im Yoona, aku dan suaminya menikah tanpa rasa cinta, bahkan saling mengenal pun tidak. Tenang saja, setelah aku melahirkan bayi untuk mereka, kau akan pergi bersama uang yang melimpah untuk menyembuhkan ayahmu.” batin Yoona menguatkan hatinya untuk menghadapi esok hari.

**

“Apakah kau sudah menemukan calon ibu untuk cucuku?” suara ketus nan dingin membuat Tiffany yang baru datang terlonjak kaget, ia mendesah pasrah begitu melihat Nyonya Choi duduk di ruang tamu dengan sikap congkaknya beserta yang lainnya. Sepertinya semua keluarga Choi sengaja berkumpul malam ini untuk membicarakan permasalahan istri baru Siwon.

Eommoni” gumam Tiffany.

“Cepat duduk!” titahnya tak terbantahkan. Tiffany mengangguk takut dan duduk di samping Siwon yang sudah memasang wajah menahan amarah sejak tadi.

Eomma, apa ini tidak berlebihan? Mereka bisa mengadopsi anak, bukan?” Taeyeon yang memulai pembicaraan mereka dengan kalimat menentang usul ibunya.

Nyonya Choi mendelik sinis, “Aku ingin cucu dari darah daging ayahmu sendiri, Choi Taeyeon. Aku sudah menjelaskannya sejak tadi bahkan sebelum Tiffany datang dan kau masih tidak mengerti?”

Kini mereka semua memilih diam mengingat Choi Hwayeon—ibu Siwon—masih dilanda emosi pasca perdebatannya dengan Siwon sebelum Tiffany datang, terlihat dari wajahnya yang memerah serta tatapan membunuh yang ia lemparkan pada menantunya sekarang, “Tiffany Hwang, apa kau sudah menemukan calon istri Siwon?” tanya Hwayeon sakratis.

Tiffany tidak sanggup menjawabnya sekalipun ia sudah tahu apa yang harus ia jawab. Hwayeon tersenyum sinis, “Seperti dugaanku, kau belum menemukannya. Kalau begitu, Siwon akan kunikahkan dengan wanita pilihanku.”

Keputusan sepihak yang diambil Nyonya Choi sontak membuat satu keluarga itu kaget, “Hwayeon! Kau ini bicara apa?” tanya Choi Yeonghwan—ayah Siwon—marah.

“Bicara apa? Bicara soal keturunan keluarga kita!”

“Tapi kau tidak perlu memakai cara seperti ini!” tegur Yeonghwan jengkel.

Emosi Siwon kembali tersulut setelah sempat meredup beberapa menit, “Eommoni, sudah berkali – kali aku bilang tidak mau melakukannya, aku hanya mencintai Tiffany, aku tidak mau menduakkannya!” debat Siwon dingin dengan tatapan tajam.

“Dan sudah berapa kali juga eomma bilang kalau wanita ini—“

Eommonim tidak perlu repot – repot mencarikan calonnya, karena aku sudah menemukannya.”

Kembali, keluarga Choi dibuat tercengang dan kaget mendengar pengumuman Tiffany untuk mereka, “Yeobo, kau jangan bercanda!” kata Siwon.

Tiffany menggeleng lemah, “Ani, aku serius, aku sudah menemukannya, besok dia akan datang kesini saat acara makan siang itu. Aku sengaja melakukannya agar kalian dapat bertemu dengannya besok.” Tiffany membuang nafasnya kasar lalu beralih menatap manic mata suaminya dengan tatapan nanar, “Oppa, dia cantik dan baik, pasti…kau akan menyukainya.” kata Tiffany berat hati.

Siwon memejamkan matanya sambil merutuki kebodohan istrinya dalam hati, padahal ia sudah lelah berdebat dengan ibunya agar tidak menyuruh Tiffany melakukan hal – hal yang tidak perlu. Pria itu memijat pelipisnya frustasi sedangkan Hwayeon tersenyum penuh kemenangan mendengarnya, ya, dia memang tidak menyukai Tiffany sejak dulu.

“Benarkah? Baguslah kalau begitu, jam berapa tepatnya dia akan datang?” tanya Nyonya Choi.

“Tepat saat makan siang itu, eommonim” kata Tiffany lagi.

“Baiklah, aku akan mempersiapkan segalanya. Kuharap calon istri Siwon yang baru tidak menyedihkan sepertimu Tiffany Hwang.”

EOMMONI!” | “EOMMA!”

Ketiga anak Choi Hwayeon berteriak histeris mendengar ibunya kembali mengeluarkan perkataan tajamnya yang membuat Tiffany kini diam terpaku tak berdaya di tempat. Sejujurnya mereka tidak mengerti, sebenarnya apa masalah Tiffany dengan ibu mereka? Gadis ini baik dan cantik, hanya karena faktor Tiffany bukanlah gadis dari kasta yang sama dengan mereka Nyonya Choi tidak pernah peduli dengan Tiffany dan cenderung membencinya. Choi Hwayeon terang – terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada Tiffany dan langung pergi meninggalkan mereka semua.

Taeyeon mendesah jengkel sambil melirik menyesal kearah Tiffany, “Tiffany-ah, maafkan ibuku, kau tahu kan dia memang seperti itu?” kata Taeyeon.

Tiffany tersenyum paham, “Gwaenchana eonnie, kau tahu sendiri aku sudah terbiasa.”

Mereka sempat berbincang sekilas sebelum akhirnya mereka semua pulang, menyisakan Siwon dan Tiffany yang masih terdiam canggung saat berdiri sejajar. Siwon mengalihkan pandangannya kearah Tiffany yang sedang memandang lurus dengan tatapan kosong, pria itu berdecak pelan, “Tiffany-ah, apa kau yakin aku harus melakukan hal itu?” tanya Siwon memastikannya lagi.

Oppa ingin kita bercerai?” ketus Tiffany membalas pertanyaan Siwon.

Siwon berusaha untuk mengontrol emosinya mendengar sekali lagi kata ‘cerai’ yang keluar dari mulut istrinya, “Tapi aku hanya mencintaimu!” gumam Siwon.

Tiffany memandang lekat suaminy, berusaha menjelaskan Siwon posisi mereka agar suaminya ini mengerti, “Aku tahu, begitupun denganku. Tapi takdir sedang mempermainkan kita dan yang dapat kita lakukan hanyalah mengikutinya hingga kita mencapai ujung dari permainan ini. Sudahlah oppa, lebih baik persiapkan dirimu dengan baik untuk menemui calon istrimu besok.”

Tiffany memaksakan senyumnya sebelum benar – benar meninggalkan Siwon. Pria itu memandang nanar punggung Tiffany dengan tatapan terluka, “Aku tahu kau juga tak menginginkan ini semua, Tiffany-ah.”

TO BE CONTINUE

Pasti yg pernah baca udah tahu beberapa perbedaannya kkk~ sekali lagi, perubahan itu membawa kearah yg lebih baik kok, disini juga aku udah kasih time signal-nya kapan aja soalnya waktu itu bnyk yg bingung darimana Tiffany liat Yoona? Kok bisa secepet itu ketemu Yoonanya? Nah, yg disini selain bahasanya udh lebih bagus, aku mau tambah2in beberapa detail, itu ajasih sebenernya. Dan author gak maksa kalian untuk baca yg ini kok, sekali lagi author cuma memperbaharui saja.

dan maaf kalo kepanjangan ;__; berhubung FF ini adalah FF lamaku yg udah dirombak tata bahasanya, makanya alurnya pun masih sama, bahkan karena takut kepanjangan ada satu scene yang terpaksa aku pindahin ke next chapter kkk~ Sebenernya author gak terlalu suka banyak cuap-cuap di bagian atas, jadinya author pindahin Author’s Note kebawah, biar rapi yg bagian atas^^

Sebenernya author nge repost FF ini karena mau dibikin versi Kyuhyun dan OC lol dan sekaligus biar chapter2 selanjutnya klo udh selesai bs langsung di post tanpa nunggu di YWK WKWKWK dan sekalian pengumuman jg ya, mungkin beberapa readers disini ada yg gak ngerti arti OC alias Original Character. OC itu beda sama artis, readers. mau visualnya mukanya si A kek, si B kek, tapi kalian gak bisa presepsiin kalo Kyuhyun bakal di pasangin sama Krystal. Karena kalian terbiasa sama artis x artis, disarankan u/ tidak baca yg versi Kyuhyun, karena dia sama OC yg visualnya Krystal, lagian ceritanya sama aja kok kkk~ okay?^^

Sekali lagi, FF ini masih sama persis sama yg di YWK cuma bahasanya aja yg udah dibagusin sama Minho dan Krystal  yg sempet dipertanyakan namanya udah author ganti namanya jadi nama – nama orangtua kkk~

Saran author sih perhatiin quotes yg dibawah disclaimer, soalnya itu semacam spoiler untuk garis besar cerita di chapter ini apa lol

Ya intinya semoga kalian suka sama FF ini dan jgn lupa RCL bagi yg berbaik hati baca FF ini dan untuk admin yang bersedia ngepost kkk~

See you on the next chapter!<3

 

41 responses to “#1 Wife for My Husband

  1. Makin sip thor.udah pernah baca sih.tapi tetep aja gk bosen.coz nih ff paporit..#cieeee…semangat thor.oya chpter 11nya nanti d post d sini apa d YWK thor??hehehehe…gomawo

    Like

  2. Author…mian knapa harus ngerjain ff ini?knpa ga nerusin ff nya az yg sejarang sdang tegang2nya?aku tunggu ya kelanjutan ff wife my husband 11 nya!semangat

    Like

  3. dikirain part 11nya thor,,ehh ternyata masih yg part 1
    tpi berhubung emang suka ama ceritanya trus udah agak lupa ama part2 awalnya jadi baca lagi deh,biar makin puas,sambil nunggu part 11 nya publish,hhhe 🙂

    pkoknya thor Yoonwonnya happy ending yayayaya #maksa -_-”
    d tunggu part 11nya yah
    gomawo
    fightign!!!

    Like

  4. masih seru tambah asik malah sekarang baca ny,ada typo sih nma fany,Sooyung,,,, tapi ga masalah,,haaah kangen juga sama ff ini part awal ini kan udah lama bnget,,,di YWK sama yg disini samar2 aku inget emang ada sedikit yg berubah,,
    di tunggu part 2 ny,fighting!!

    Like

  5. ff ini malah bener” seperti flasback semua inti nya ada dan kata” nya juga bagus,,,

    kalo boleh jujur q lupa c sama ff ini part 1 tp pas baca bener” bda, suka sm semua yg km perbaiki,,,

    ngomong” kpan nih part 11 nya keluar,

    Like

  6. Sebenarnya udah baca dywk……tp penasaran pngn baca lgh….bahasanya memang jauh lebih bagus dan halus….tp ada sedik kata2 yg kurang pas dan salah dalam penulisan nya…tp tetap keren….maaf yah q kommnet seperti itu?tp sekali lgh q mau bilang apa adanya dan pemikiran ku tetang cerita ini setelah q baca……..jangan marah nya???

    Like

  7. ttp kagak bosen baca nihh ff meski udh berkali^ baca.. bukti bakti seorang anak pada orang tua smpai hrs mengorbankan dirinya hem kesimpulan kesikan kalainya yg muncul wktu bca ff ini…

    Like

  8. yaaaaaahhhhh…..makin ok neh critantanya….tapi suli ko ngg ada ya…
    okey chingu ditunggu part slanjutnya…..
    smngaaaaattt

    Like

  9. biar pun udah pernah baca tetep seru.. ky’y ada sedikit perbedaan ya sm yg di YWK.. mungkin krna bahasa’y di perbarui, tp gk mengurangi kekerenan ff’y..
    oia.. kpn chap 11 di pos ne?
    next chap ff’y sangat di tungg thor..

    Like

  10. Hdp yoona menyedihkan bgt.aq baru bc ff ini jd gk tau apa perbedaannya ama yg lama.siwon sgt mencintai fany,psti hdp yoona akan tmbh sulit.

    Like

  11. Ehm gk pa2 sih eon kalo direkap bahsanya, tpi sbenernya pengen lanjutan chapter 11 nya eon pasti bnyak yg nungguin karna itu saat saat yg sangat waw bisa diartikan kebanyak macam cara, kyak bkalan crai bkalan pisah, bkalan nyatu atau jadi kyak pertama dan bmmungkin yoonwon malah jdi slamanya heh nebak2 aja..
    Tpi berhubung aku suka sma ff ini dan ceritanya bagus trus udh mulai lpa sma chapter 1 nya dlu krna udh lma jadi kyak bca ff baru deh…
    Oh iya kalo emg eonni memang ngerekap bhasa ini untuk cast kyuhyun, tpi jgn sampek chapter 11 nya gk dilanjutin ya eon, ditunggu slalu loh next chapter dsini ataupun lanjutan aslinya hehe
    Semangat eon, fighting ok

    Like

  12. Waaahh dah agk lama jg ya g baca WFMH dr awal karena biasanya klo da ff yg lebih dr 5 part suka kuulang dr awal, tp berhubung chingu aq yg baik ini bikin yg versi diperbarui jd seneeeeng bgt bisa baca lg….. Ditunggu ya WFMH part 11, aq tunggu ok!!! Hwaitting……..

    Like

  13. wahh kelihatannya seru ni ceritanya.oiya thor ff yoonwon yang Belle in the 21st century kapan keluar part 6 nya,makin penasaran dg klajutannnya,hhehehe

    Like

  14. ouh masih ada typo tuh hehehe
    pembuka nya emng ga beda jauh sm yg versi 1 , bgus pembuka nya , bahasa nya lebih mudah dimengerti jg, ga kaku2 amet

    Like

  15. kyaaa….tambah keren thor dan rapi.
    di tunggu part11nya.
    o..yah kpn lanjutin ff belle in the 21st century part 6 q penasaran banget ma kelanjutan ceritanya.
    tetep semangat….:)
    fighting….!!!

    Like

  16. sebenarnya pgn baca part selanjutny tp gpp sambil menunggu part selanjutnya mari kita mengingat kembali cerita awalny…. biar makin dpt feelny.. yoona berada diposisi yg sulit dlm keadaan kyk gni rasany gk ad pilihan selain menerima tawaran tiffany

    Like

  17. sebenarnya pgn baca part selanjutny tp gpp sambil menunggu part selanjutnya mari kita mengingat kembali cerita awalny…. biar makin dpt feelny.. yoona berada diposisi yg sulit dlm keadaan kyk gni rasany gk ad pilihan selain menerima tawaran tiffany… fighting kezia

    Like

  18. sebenar nya baru minggu kemarin aku baca yg chap 1 nya tpi di blog ywk …iya emang ada perubahan dengan bahasa nya…yg ini lebih jelas di mengerti …gak bosen klau menyangkut yoonwon pdahal baru minggu kemarin baca

    Like

  19. Awalnya binging kenapa dimunculin lagi part 1 nya..ternyata…hehehehe…tp mau diulang berapa Kali juga ff ini daebak..part 11 nya dong soon…hehehhe..suka banget sama author di YWK Dan kezia…mungkin Karena suka sama yoonwon…tapi beneram WOW..

    Like

  20. oke, aku bingung koment apa -_-
    yang jelas, FF ini KEREN walaupun udah pernah di share dan ini ada perubahan. lanjut chapter 11 ajja yah eonni, biar greget gitu, hehehe 😀
    FIGHTING KEZIA EONNI ^^

    Like

  21. Nah,,,bahasa n gaya tulisannya yang spt ini yg aku suka. Makin mantef bacanya tambah greget feelnya makin dapet. Padhl udah sering baca yg versi lama tapi baca yg ini spt baca cerita baru meski udah tau alurnya. Makin keren and TOP…utk yg chapt 11 langsung bikin yg spt ini aja kezia hohoho#cumausul#tp apapun itu tetep dinantikan kelanjutannya udah penasaran soalnya…..

    Like

  22. waw……makin detail yah dsini…..jadi makin brasa masuk ke ff na….heehehe….trus org tua siwon juga OC, sesuai dengan seharus na…soal na agak ssh juga yah klo bayangin Minstal jd org tua siwon,,, keimutan mreka berdua itu brasa ilang….soal na mreka tu kiyuuuuut bgt,,,,,kkkkk….jd brasa flashback lagi ke awal gmn terjadi cinta bersegi2,,,sambil nunggu chapt 11 na…kkk….sllu suka dgn bahasa n alur cerita na….dtggu chap 2 na chapt 11 na….oia saeng kpn by myself dlanjut???? n belle in the 21th century chpt 6 na juga….dtunggu yah….fighting semangat

    Like

  23. Ak udh baca yg di ywk .. emang ada perbedaanya .. cmn masih lupa” inget thor .. jd ak baca dr awal lg dehhh ..
    Cmn yg ini feel nya lbih dpey thor ..

    Like

  24. Walau da perna baca di ywk dan sekarang baca lagi gak bosen2 slama main kes nya yoonwon.pokomya ff nya kezi eoni daebak ceritanya.di tungu ya eoni part 2 dan part11 nya.faiting…

    Like

  25. walau Ak udh pernah baca di blog ywk .. emang ada
    perbedaanya did sni cerita nya lebih lengkap…
    oke gpp bca dri awal smbil nunggu chapter 11 nya

    #thor_fighting

    Like

  26. Kiraain part 11 ternyata,,,ayoo kezz dlanjut dongg ff wfmh nyaa,,,tapii emg pada dasarnya ff baguss bgt jd part 1 ini ok bgt ceritanya ga pernah bosenin 🙂 fighting yaa

    Like

  27. Aq new reader..salam kenal..ff nya keren..n bagus bgt..ga sabar pengen baca part 11 nya..di tunggu y eoni..fighting

    Like

  28. memang ada perbedaanya,kirain ini chap11 soalnya uda lama ni nunggunya:3 btw jgn lama ne unn ngepost yg chap11 itu hehe maklum penasaran. gogo semangat^^

    Like

  29. msk ff lma dan dperbaharui bahasa’y ttp dr q msh sangat2 suka
    cpet2 smp chap 11 ya
    smangat bt nulis author👍

    Like

  30. tiffany yg sabar ya ngadepin ibu mertua yg kejam gitu..
    g bisa ngertiin prasaan menantu maupun anaknya..
    untung aja yg jadi pengganti yoona..
    aku brharapnya nanti yoonwon saling suka trus bisa rumah tangga sndiri
    entak kemana tu tiffany 😀

    Like

  31. Walah ini ff jaman kapan, aku baca nya baru sekarang.. Makhlumin aja, jarang baca ff 🙂 sumpah nyentuh bgt thor T.T unnie gue kok tersiksa bgt ya?? T.T ini ff daebak #Fighting thor 😀

    Like

Give me your LOVE!